Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bos ExxonMobil Blak-blakan Nasib Proyek Gudang Karbon di RI

Raksasa migas AS ExxonMobil tetap berkomitmen menjalankan proyek transisi energi di Indonesia.
Fasilitas Blok Cepu yang dioperatori ExxonMobil Cepu Limited di Bojonegoro, Jawa Timur, Jumat (9/8/2024)/Bisnis-Afiffah Rahmah Nurdifa
Fasilitas Blok Cepu yang dioperatori ExxonMobil Cepu Limited di Bojonegoro, Jawa Timur, Jumat (9/8/2024)/Bisnis-Afiffah Rahmah Nurdifa

Bisnis.com, BANDUNG — Raksasa migas Amerika Serikat (AS) ExxonMobil menyatakan tetap berkomitmen menggarap proyek penangkapan dan penyimpanan karbon atau carbon capture and storage (CCS) sebagai upaya mendukung transisi energi di Indonesia. 

Presiden ExxonMobil Indonesia Carole Gal mengatakan, Indonesia merupakan contoh baik negara yang dapat menyeimbangkan pertumbuhan bisnis migas serta transisi energi melalui CCS, energi terbarukan, dan panas bumi. 

“Saya pikir Indonesia adalah contoh yang baik dalam menyeimbangkan kedua aspek tersebut dan hingga saat ini, kami belum melihat adanya perubahan arah kebijakan, bahkan dengan pemerintahan baru yang akan datang,” kata Carole di Kampus ITB, Bandung, Rabu (19/2/2025). 

Lebih lanjut, Carole menjelaskan ketika pihaknya berdiskusi dengan menteri energi dan sumber daya mineral (ESDM) RI pemerintahan sebelumnya, ExxonMobil sudah membahas tentang produksi dan eksplorasi migas, termasuk teknologi CCS. 

“Saat ini, kami masih berbicara mengenai hal yang sama. Hal ini menunjukkan kesinambungan kebijakan di Indonesia, yang merupakan contoh nyata dari pendekatan yang seimbang,” lanjutnya. 

Untuk diketahui, ExxonMobil secara resmi menyatakan keseriusannya untuk mengembangkan industri petrokimia dan akan membangun CCS di Indonesia dengan nilai investasi awal US$10 miliar. 

Investasi awal itu untuk pembangunan industri petrokimia yang berfokus pada plastik dan sintetik fiber. ExxonMobil juga selanjutnya berkomitmen membangun gudang karbon atau CCS, yang menurut Kemenko Perekonomian bernilai US$5 miliar.

Kesepakatan tersebut juga menjadi bentuk dukungan kebijakan hilirisasi program Presiden Prabowo Subianto dalam rangka menciptakan lapangan kerja dan keberlanjutan.

Pembangunan CCS diharapkan dapat mengurangi emisi karbon hingga 90% dan akan menjadi proyek CCS pertama di Indonesia.

Sebelumnya, Sekretaris Kemenko Perekonomian Susiwijono Moegiarso mengatakan bahwa fasilitas CCS tersebut mampu menampung hingga 3 juta ton karbon yang rencananya dibangun di dasar laut.

Terkait lokasi pembangunan, pemerintah dan ExxonMobil masih mencari lokasi yang tepat di Sunda Asri atau antara Selat Sunda dan Laut Jawa. 

"Kami sekarang membantu mencarikan lokasi untuk investasi industri petrokimia, mereka butuh 500 hektare. Pilihannya ada beberapa di Jawa. Mereka Maunya paling jauh 100 kilometer dari lokasi CCS," tuturnya.

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian menyebut kebutuhan penanaman modal untuk pengembangan 'gudang' karbon atau CCS di Indonesia mencapai US$2,4 triliun atau setara dengan Rp39,313 kuadraliun.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper