Bisnis.com, JAKARTA — China langsung membalas pengenaan tarif impor baru Amerika Serikat. Beijing mengumumkan kenaikan pungutan impor sebesar 10%—15% yang mencakup berbagai produk pertanian dan pangan dari Negeri Paman Sam.
Dilansir dari Reuters, Selasa (4/2/2025), China juga telah menetapkan pembatasan ekspor dan investasi ke 25 perusahaan asal Amerika Serikat (AS) atas alasan keamanan nasional. Sepuluh dari 25 perusahaan AS itu menjadi sasaran karena menjual senjata ke Taiwan, yang dinyatakan China sebagai bagian dari wilayahnya.
Para analis menilai Beijing masih berharap untuk bisa merundingkan dan meredam potensi perang dagang dengan pemerintahan Donald Trump. Kendati demikian, penetapan tarif balasan ini akan meningkat potensi terjadinya perang dagang habis-habisan antara dua negara dengan ekonomi terbesar di dunia itu.
Sebelumnya, pemerintah AS mengumumkan kenaikan pungutan tambahan atas sejumlah barang asal China. Beberapa produk itu akan menanggung beban tarif yang jauh lebih tinggi dibandingkan pada masa pemerintahan mantan presiden Joe Biden tahun lalu.
Contohnya yaitu penggandaan bea masuk atas semikonduktor asal China menjadi 50% dan penggandaan bea masuk atas kendaraan listrik asal China menjadi lebih dari 100%.
Selain itu, tarif sebesar 20% akan berlaku untuk beberapa barang elektronik asal China yang banyak diminati konsumen AS seperti gawai, laptop, konsol permainan video, jam tangan pintar, speaker, hingga perangkat Bluetooth.
Baca Juga
Akibatnya, kini pemerintah China langsung merespons tarif baru dari AS tersebut. Kementerian Keuangan China dalam pernyataan resminya mengumumkan akan mengenakan tarif tambahan sebesar 15% pada ayam, gandum, jagung, dan kapas asal AS, serta pungutan tambahan sebesar 10% pada kedelai, sorgum, daging babi, daging sapi, produk akuatik, buah-buahan, sayur-sayuran, dan impor susu asal AS mulai 10 Maret 2025.
"Langkah-langkah tarif sepihak dari AS tersebut secara serius melanggar aturan Organisasi Perdagangan Dunia dan merusak dasar kerja sama ekonomi dan perdagangan antara China dan AS," kata Kementerian Perdagangan China dalam pernyataan terpisah.
China, sambungnya pernyataan Kementerian Perdagangan itu, akan dengan tegas melindungi hak dan kepentingannya.