Bisnis.com, JAKARTA — Malaysia mempertahankan suku bunga acuannya. Bank Negara Malaysia mewanti-wanti risiko dari perang dagang global yang belakangan semakin memanas.
Dilansir dari Bloomberg, Kamis (6/3/2025), Bank Negara Malaysia mempertahankan suku bunga di level 3%, sesuai ekspektasi 23 analis. Bank sentral Malaysia itu sendiri terakhir kali menyesuaikan suku bunga pada Mei 2023, dengan kenaikan 25 basis poin (bps).
Otoritas moneter itu menilai pertumbuhan ekonomi Malaysia yang stabil akan memungkinkan Negeri Jiran menghadapi ketidakpastian global. Pemerintah Malaysia sendiri mempertahankan perkiraan pertumbuhan ekonomi sebesar 4,5% hingga 5,5% tahun ini, dengan alasan investasi dan fundamental yang kuat.
Kendati demikian, proyeksi tersebut bisa saja berubah seiring dengan semakin memanasnya perang dagang global yang diinisiasi Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terutama rencana pengenaan tarif tambahan untuk produk impor semikonduktor. Masalahnya, AS adalah pasar pengiriman chip terbesar ketiga di Malaysia.
Sementara itu, Bank Negara Malaysia meyakini pertumbuhan ekonomi Malaysia diperkirakan akan didukung oleh permintaan domestik. Pertumbuhan lapangan kerja dan upah diyakini akan mendorong belanja konsumen, sementara proyek-proyek di pemerintah dan swasta akan mendorong investasi.
Bank sentral mengatakan inflasi akan tetap terkendali, dengan harga komoditas global diproyeksikan menurun.
Baca Juga
Pemerintah memperkirakan inflasi akan mencapai berada di level 2% hingga 3,5% pada tahun 2025, meningkat dari realisasi tahun lalu di level 1,8%. Proyeksi kenaikan inflasi itu karena rencana pengurangan subsidi untuk bensin pada pertengahan tahun ini.
Sementara itu, Bank Negara Malaysia memperkirakan mata uang ringgit dapat mengalami "peningkatan volatilitas,".
"Perbedaan suku bunga yang menyempit antara Malaysia dan negara-negara ekonomi maju berdampak positif bagi ringgit," kata otoritas moneter itu dalam pernyataannya.
Ringgit sendiri adalah mata uang dengan kinerja terbaik di antara negara-negara berkembang pada tahun lalu. Saat itu, Bank Negara Malaysia mendorong perusahaan-perusahaan untuk memulangkan pendapatan luar negeri mereka guna mendukung kinerja ringgit.
Lebih lanjut, Bank Negara Malaysia menyatakan akan tetap waspada atas perkembangan yang sedang berlangsung agar tidak berdampak negatif ke inflasi domestik dan prospek pertumbuhan ekonomi.