Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sri Mulyani Bantah Daya Beli Masyarakat Lesu, Sebut Deflasi karena Bantuan Pemerintah

Sri Mulyani membantah daya beli masyarakat turun saat terjadi deflasi tahunan pertama dalam 25 tahun. Menurutnya, deflasi terjadi karena adanya insentif fiskal.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (kiri) didampingi Wakil Menteri Thomas A. M. Djiwandono (kanan) memberikan paparan saat konferensi APBN KiTa di Jakarta, Senin (6/1/2024). / Bisnis-Fanny Kusumawardhani
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (kiri) didampingi Wakil Menteri Thomas A. M. Djiwandono (kanan) memberikan paparan saat konferensi APBN KiTa di Jakarta, Senin (6/1/2024). / Bisnis-Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati membantah adanya penurunan daya beli masyarakat usai terjadi deflasi secara tahunan pertama dalam 25 tahun terakhir pada Februari 2025.

Sri Mulyani merasa banyak pihak yang salah menginterpretasi fenomena deflasi tersebut. Menurutnya, deflasi atau penurunan harga bukan karena tidak adanya permintaan dari masyarakat, tetapi karena pemerintah belakangan banyak memberikan insentif fiskal.

Dia mencontohkan, pemerintah memberikan diskon listrik 50% pada Januari—Februari 2025. Selain itu jelang Lebaran, ada penurunan tarif tol hingga harga tiket pesawat.

"Jadi kita biar memahami saja fenomena deflasi itu karena pemerintah membantu masyarakat sangat banyak," jelas Sri Mulyani dalam konferensi pers di Kantor Kemenkeu, Kamis (13/3/2025).

Dia mencontohkan di tengah ketidakpastian global beberapa tahun belakangan Indonesia bisa mempertahankan pertumbuhan konsumsi masyarakat yaitu hampir mencapai 5%. Pasca pandemi Covid-19, konsumsi rumah tangga tumbuh 4,9% pada 2022, 4,8% pada 2023, dan 4,94% pada 2024.

"Jadi ini adalah salah satu pencapaian Indonesia untuk stabilisasi yang luar biasa bagus. Growth [pertumbuhan] tetap terjaga, harga tetap stabil rendah, dan tadi komponen konsumsi masyarakat rumah tangga tetap terjaga," ujar Sri Mulyani.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan Indeks Harga Konsumen atau IHK pada Februari 2025 mencatatkan deflasi secara tahunan.

Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti memaparkan bahwa terjadi penurunan IHK dari 105,58 pada Februari 2024 menjadi 105,48 pada Februari 2025 atau terjadi deflasi sebesar 0,09% (year on year/YoY). Data tahunan itu menjadi deflasi pertama dalam 25 tahun terakhir.

“Menurut catatan BPS, deflasi YoY pernah terjadi pada Maret 2000 [deflasi sebesar 1,01%,” ujarnya dalam konferensi pers, Senin (3/3/2025).

Kelompok Perumahan, Air, Listrik, dan Bahan Bakar Rumah Tangga menjadi penyumbang utama penurunan IHK pada periode ini. BPS mencatat komoditas tarif listrik yang termasuk kelompok tersebut mengalami deflasi hingga 46,45% (YoY) pada Februari 2025 dengan andil deflasi sebesar 2,16%.

Kendati demikian, Amalia memaparkan bahwa tekanan inflasi komponen Inti secara tahunan meningkat dari bulan sebelumnya. Oleh sebab itu, dia membantah adanya pelemahan daya beli.

Amalia menyampaikan komponen inti mengalami inflasi sebesar 0,25% secara bulanan dan 2,48% secara tahunan di tengah deflasi secara keseluruhan perekonomian. 

“Biasanya, daya beli itu dikaitkan dengan komponen Inti. Ini [komponen Inti] inflasi terbesar, andil 1,58%,” ujarnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper