Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tak Kena Tarif Trump, Freeport hingga Amman Dapat Bernapas Lega

Emas dan tembaga menjadi komoditas yang dikecualikan dari kebijakan tarif Trump.
Kawasan eks tambang Grasberg milik PT Freeport Indonesia di Mimika, Papua./Bisnis-M. Nurhadi Pratomo
Kawasan eks tambang Grasberg milik PT Freeport Indonesia di Mimika, Papua./Bisnis-M. Nurhadi Pratomo

Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan komoditas emas dan tembaga Indonesia tak akan terkena tarif impor timbal balik (reciprocal tariff) sebesar 32% dari Amerika Serikat (AS).

Komoditas mineral itu masuk pengecualian dari kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump. Oleh karena itu, produsen emas dan tembaga di Tanah Air, seperti PT Freeport Indonesia (PTFI) dan PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMAN), dapat bernapas lega.

"Untuk tembaga dan emas [dikecualikan] karena mereka punya investasi di Indonesia," ujar Airlangga dalam acara Sarasehan Ekonomi 2025 di Jakarta, Selasa (8/3/2025).

Menurut Airlangga, kesempatan itu harus dimanfaatkan secara optimal. Sebab, kelonggaran itu dapat membuka peluang pengembangan hilirisasi dalam negeri. Adapun, produk hilirisasi emas dan tembaga itu kelak bisa dijual ke pasar AS.

"Ini membuka peluang Indonesia untuk melakukan hilirisasi dan masuk ke pasar AS," tutur Airlangga.

Selain emas dan tembaga, komoditas RI yang tak terkena kebijakan tarif Trump adalah furnitur. Airlangga mengatakan, hal ini terjadi lantaran AS masih membutuhkan komoditas itu dari Indonesia. 

"Furnitur tidak dikenakan tarif tinggi karena timber [kayu] AS sedang perang dengan Kanada sehingga butuh sumber alternatif," kata Airlangga  dalam acara Sarasehan Ekonomi 2025 di Jakarta, Selasa (8/3/2025).

Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump menerapkan tarif impor dasar 10% ke semua negara dan lebih tinggi untuk negara-negara dengan hambatan perdagangan yang tinggi dengan AS. Salah satu kategorinya yakni negara-negara yang mencetak surplus pada perdagangan dengan AS sehingga menyebabkan perdagangan negara itu mengalami defisit.

Indonesia yang menjadi salah satu negara penyumbang defisit perdagangan terbesar untuk AS dikenai tarif timbal balik atau resiprokal sebesar 32%.

Sebagaimana dilansir dari laman resmi Gedung Putih, Trump menyoroti penerapan kebijakan persyaratan konten lokal di berbagai sektor. Trump merasa keberatan dengan kebijakan pemerintahan Indonesia yang berupaya meningkatkan penggunaan produk lokal untuk mengurangi ketergantungan terhadap barang impor.

Selain itu, Trump juga menyoroti tentang rezim perizinan impor yang kompleks. Persoalan lain yang tak kalah penting adalah kewajiban perusahaan sumber daya alam untuk memindahkan semua pendapatan ekspor atau devisa hasil ekspor (DHE) mereka ke dalam negeri untuk transaksi senilai $250.000 atau lebih. 

Kebijakan DHE baru berlaku 1 Maret 2025 lalu. Trump juga menganggap Indonesia tidak adil karena mengenakan tarif terhadap etanol sebesar 30%. Padahal AS hanya 2,5%.   

"Tarif moneter dan tarif non-moneter adalah dua jenis hambatan perdagangan yang digunakan pemerintah untuk mengatur impor dan ekspor. Presiden Trump menangkal keduanya melalui tarif timbal balik untuk melindungi pekerja dan industri Amerika dari praktik tidak adil ini," demikian keterangan resmi Gedung Putih yang dikutip, Kamis (3/4/2025).


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper