Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Laju Inflasi AS Turun Meski Ada Sentimen Dampak Tarif Trump

Inflasi AS turun secara umum ke 2,8% pada Maret 2025, di tengah ancaman kenaikan harga imbas penerapan tarif resiprokal Presiden Trump.
Presiden AS Donald Trump saat konferensi pers di Gedung Putih di Washington, DC, AS, Senin, (24/2/2025). Bloomberg/Al Drago
Presiden AS Donald Trump saat konferensi pers di Gedung Putih di Washington, DC, AS, Senin, (24/2/2025). Bloomberg/Al Drago

Bisnis.com, JAKARTA — Inflasi AS turun secara umum ke 2,8% pada Maret 2025, di tengah ancaman kenaikan harga imbas penerapan tarif resiprokal Presiden Tarif Donald Trump.

Dilansir dari Bloomberg, Kamis (10/4/2025), indeks harga konsumen (IHK)—tak termasuk harga pangan dan energi yang sering bergejolak—meningkat 0,1% dari Februari. Itu peningkatan terendah dalam sembilan bulan terakhir menurut data terbaru Biro Statistik Tenaga Kerja.

IHK secara keseluruhan turun 0,1% dari bulan sebelumnya, penurunan pertama dalam hampir lima tahun.

Perlambatan inflasi mencerminkan penurunan biaya energi, kendaraan bekas, biaya menginap di hotel, dan tiket pesawat. Biaya asuransi kendaraan bermotor — sumber utama inflasi dalam beberapa tahun terakhir — juga menurun.

Imbal hasil Treasury 10 tahun sedikit berubah setelah rilis angka inflasi. Sementara itu, S&P 500 dibuka lebih rendah dan dolar tetap melemah.

Laporan tersebut menunjukkan bahwa tarif Trump masih tidak berdampak jauh ke inflasi. Kendati demikian, hal tersebut dapat berubah dalam beberapa bulan mendatang terutama usai pungutan yang lebih tinggi yang diterapkan Trump mulai berlaku di seluruh perekonomian.

Penurunan harga untuk jasa seperti menginap di hotel dan tiket pesawat mungkin merupakan tanda peringatan bahwa beberapa konsumen mengurangi pengeluaran diskresioner.

"Ini adalah ketenangan sebelum badai inflasi. Kita akan mendapatkan inflasi yang lebih tinggi dari tarif," kata David Kelly, kepala strategi global di JP Morgan Asset Management.

Menurut Kelly, penurunan inflasi malah menunjukkan menurunnya kinerja industri perjalanan.

Sementara itu, Trump mengumumkan penundaan penerbangan tarif resiprokal selama 90 hari pada hari Rabu (10/4/2025) waktu setempat—kurang dari 24 jam setelah tarif tersebut mulai berlaku.

Akibatnya, impor dari sebagian besar negara kini 'hanya' dikenakan bea masuk sebesar 10%. Di sisi lain, AS tetap mengenakan bea masuk untuk baja dan aluminium impor dan pungutan terhadap China kini mencapai 125%.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper