Bisnis.com, JAKARTA — PT Hyundai Motors Indonesia (HMID) memastikan pabrik sel baterai kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) milik PT Hyundai LG Indonesia (HLI) Green Power tetap beroperasi, usai mitranya LG Energy Solution hengkang dari Proyek Titan, kerja sama rantai pasok baterai EV dengan Indonesia Battery Coorporation (IBC).
Head of Corporate Strategy Hyundai Motors Indonesia (HMID) Hendry Pratama mengatakan, pabrikan sel baterai HLI atau Proyek Omega telah berjalan dan memproduksi sel baterai EV sejak Juli 2024 hingga saat ini.
“HLI ini role-nya adalah memproduksi battery cells yang sekarang sudah berjalan sejak Juli 2024 dan atas berita itu tidak ada hubungan langsung dari operasional HLI di Indonesia,” ujar Hendry dalam agenda Indonesia as the Next EV Production Hub, Kamis (24/4/2025).
Dia pun menyebutkan bahwa perusahaan patungan Hyundai Motor Group dan LG Energy Solution itu telah memiliki sumber bahan baku atau raw material yang tidak terikat dengan ekosistem Proyek Titan yang diinisiasi IBC.
“Karena HLI sendiri bisa sourcing raw material dari sources lain atau pihak lain,” ujarnya.
Adapun, pabrik sel baterai EV HLI Green Power berlokasi di Karawang dan merupakan satu dari lima fasilitas produksi baterai EV LG Energy Solution di dunia.
Baca Juga
Pabrik HLI Green Power di Karawang, Jawa Barat, mulai dibangun sejak 2021. Menelan investasi Rp13,5 triliun, pabrik ini merupakan pabrik sel baterai EV pertama dan terbesar di Asia Tenggara.
Pabrik yang berdiri di atas areal seluas 319.000 meter persegi tersebut memiliki kapasitas produksi 10 GWh sel baterai dalam setahun dan cukup untuk menenagai 150.000 unit mobil listrik.
“Sampai sekarang HLI memproduksi battery cell pack yang digunakan oleh HMID untuk di-assemble ke Hyundai, unit kami terutama Kona dan sampai hari ini masih beroperasi seperti biasanya,” jelasnya.
Sebagaimana diketahui, LG Energy Solution baru-baru ini mundur dari Proyek Titan, megaproyek baterai kendaraan listrik (EV) yang melibatkan konsorsium Korea Selatan dan Indonesia Battery Corporation (IBC).
Namun, Menteri Investasi dan Hilirisasi/BKPM Rosan Roeslan mengungkapkan bahwa pemerintah lah yang mendepak LGES lewat keputusan tertuang melalui surat resmi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang dikeluarkan pada 31 Januari 2025.
Alasannya, kata Rosan, negosiasi antara LG dan konsorsium Indonesia telah berlangsung terlalu lama, yakni hampir 5 tahun. Hal ini menjadi salah satu alasan pemerintah memilih untuk mengambil tindakan tegas agar proyek tidak berlarut-larut.
“Itu kenapa dikeluarkan surat itu karena memang negosiasi ini sudah terlalu lama, sedangkan kita kan ingin semua ini berjalan dengan baik, dengan cepat, karena negosiasinya sudah berlangsung 5 tahun,” ujarnya kepada wartawan.
Sementara itu, meski menarik diri dari Proyek Titan, LG menyatakan tetap melanjutkan bisnisnya di Indonesia, termasuk pabrik baterai HLI Green Power.