Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pemerintah Diminta Turun Tangan Rumor GOTO Diakuisisi Grab

Pemerintah dinilai perlu memperhatikan lebih jauh perkembangan isu merger Grab dan GOTO, terutama terkait faktor kepemilikan modal.
Warga berbelanja secara daring menggunakan e-commerce Tokopedia di Jakarta, Minggu (17/7/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha
Warga berbelanja secara daring menggunakan e-commerce Tokopedia di Jakarta, Minggu (17/7/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah diminta turun tangan terkait rumor PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) merger atau diakuisisi oleh Grab Holdings Limited. Hal ini untuk mempertahankan keberadaan perusahaan lokal di bisnis ride hailing, sekaligus mempertahankan persaingan bisnis yang sehat.

Menanggapi rumor itu, Ekonom Bright Institute Awalil Rizky mewanti-wanti publik dan pemerintah untuk mempertahankan keberpihakan terhadap perusahaan lokal dan mencegah dominasi asing dalam investasi dan usaha Indonesia.

Awalil menyebut pemerintah harus memperhatikan lebih jauh perkembangan isu merger Grab dan GoTo. Kendati merger itu masih berupa rumor, Awalil meminta pemerintah untuk memperhatikan faktor kepemilikan modal, dimana Grab adalah perusahaan yang dimiliki oleh asing, sementara GOTO adalah perusahaan lokal dalam negeri.

“Grab ini adalah perusahaan yang didirikan di Malaysia, berkantor di Singapura, pemiliknya adalah asing, hampir seluruhnya modal asing, sementara GOTO ini adalah perusahaan anak bangsa ya, perusahaan dalam negeri,” ungkap Awalil dalam keterangannya, dikutip Senin (5/5/2025).

Awalil mengingatkan pemerintah tidak terlena dalam memberikan akses masuk untuk perusahaan asing yang nantinya dapat mengikis kesempatan bersaing untuk perusahaan lokal.

Menurut Awalil, merger antara kedua perusahaan tersebut dapat semakin memperbesar dominasi asing dalam iklim investasi Indonesia.

“Kalau sampai opininya adalah Grab mencaplok, mungkin tidak cukup bagus juga buat kondisi investasi di Indonesia, di mana hampir sebagian besar sektor-sektor besar perlahan-lahan, asing makin mendominasi. Ini kewajiban pemerintah untuk menjaga iklim usaha, yaitu pelaku-pelaku domestik harus memiliki kesempatan yang lebih luas,” jelas Awalil.

Pemerintah lanjutnya, mempunyai kewajiban hadir dan turun tangan dalam transaksi ini, sebab masing-masing negara termasuk Indonesia mempunyai peraturan perundang-undangan tertentu terkait persaingan usaha.

“Penting ya, karena kalau itu dua di merger, ya tentu harus dikaitkan dengan peraturan perundang-undangan di masing-masing negara termasuk Indonesia. Apakah ini menjadi monopoli atau melanggar undang-undang persaingan usaha,” katanya.

Sebelumnya, Grab dikabarkan mencari pinjaman US$2 miliar (berkisar Rp33,16 triliun) untuk membiayai rencana akuisisi GOTO. Kabar tersebut dilaporkan Maret lalumengutip laporan Bloomberg berdasarkan informasi dari beberapa narasumber yang mengetahui isu tersebut.

Narasumber Bloomberg menyatakan Grab dalam diskusi awal dengan sejumlah bank untuk bridge loan dengan tenor 12 bulan. Sehabis mengamankan pinjaman tersebut, Grab disebut mempertimbangkan penerbitan obligasi atau menarik pinjaman dengan jaminan saham.

Adapun, GOTO mencatatkan penurunan rugi bersih hingga 61% sepanjang kuartal I/2025 menjadi Rp367 miliar.

Dalam ikhtisar kinerjanya, GOTO membukukan rugi bersih Rp367 miliar hingga akhir kuartal I/2025. Jumlah itu mengalami penurunan 61% jika dibandingkan dengan kuartal I/2024 sebesar Rp937 miliar.

Penurunan rugi bersih GOTO disebabkan kinerja pendapatan yang mengalami kenaikan. Emiten teknologi itu tercatat mencetak pendapatan bersih menjadi Rp4,23 triliun sepanjang kuartal I/2025, naik 4% dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp4,07 triliun pada kuartal I/2024.

Direktur Utama Grup GOTO Patrick Walujo mengatakan GOTO memulai tahun ini dengan momentum yang kuat, mencetak rekor baru, dan kinerja kuartalan yang menguntungkan.

"Hal ini mencerminkan eksekusi yang disiplin dari strategi kami dan kekuatan model ekosistem kami. Kami terus mengoptimalkan basis pelanggan kami untuk mencakup segmen pengguna premium yang memiliki daya beli tinggi dengan tingkat keterlibatan yang tetap tangguh sehingga memberikan stabilitas lebih kuat bagi bisnis kami," kata Patrick, Selasa (29/4/2025).

Pada saat yang sama, lanjut Patrick, GOTO terus meningkatkan penawaran di semua segmen yang didorong oleh inovasi produk berkelanjutan dan investasi di bidang teknologi untuk menghadirkan pengalaman yang lebih baik dan mendorong ekspansi yang lebih luas.

Seluruh upaya ini memperluas jangkauan GOTO, meningkatkan profitabilitas, dan memposisikan bisnis untuk pertumbuhan jangka panjang.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper