Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penjualan Eceran Melambat saat Ramadan Bukti Masyarakat Pilih Tahan Belanja

Masyarakat menahan belanja dan lebih mengalokasikan uangnya untuk kebutuhan primer seperti kesehatan, pendidikan, dan pangan.
Pengunjung melihat produk minuman kemasan di salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta, Selasa (14/1/2025). / Bisnis-Fanny Kusumawardhani
Pengunjung melihat produk minuman kemasan di salah satu pusat perbelanjaan di Jakarta, Selasa (14/1/2025). / Bisnis-Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA — Penjualan eceran terpantau tumbuh 5,5% pada Maret 2025, yang bertepatan dengan momen Ramadan dan jelang Idulfitri. Kinerja itu rupanya lebih lambat dibandingkan dengan Maret 2024 yang tumbuh 9,3%.

Kepala Ekonom PT Bank Permata Tbk. (BNLI) Josua Pardede melihat penjualan eceran yang lesu sejalan dengan permintaan konsumen yang juga terbatas. Tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang turun 5,3 poin pada Maret 2025. 

“Artinya ada kecederungan [masyarakat] menahan belanja ataupun dia mengurangi belanja untuk kebutuhan primernya yang lebih penting, yakni untuk kesehatan, pendidikan, kebutuhan pangan,” ujarnya saat ditemui di kantor pusat Permata Bank, Rabu (14/5/2025). 

Bahkan, momen tahunan Ramadan dan Idulfitri tahun ini tak mampu meningkatkan konsumsi rumah tangga dan penjualan eceran. 

Alhasil, konsumsi masyarakat terhadap barang-barang tahan lama pun dikurangi sehingga penjualan barang tersebut menurun. 

Josua menyampaikan salah satu contoh yang terlihat nyata adalah dari sisi penjualan otomotif atau mobil baru yang mengalami penurunan. 

Pada saat yang sama masyarakat memiliki kecenderungan down trading atau tetap melakukan belanja, namun membeli barang serupa yang lebih murah. Dalam hal ini penjualan mobil bekas meningkat. 

Bahkan sekalipun kini penjualan mobil listrik tengah merajalela, tetapi sebagian besar konsumen menahan belanjanya dan lebih memilih mobil bekas yang lebih murah. 

Lebih lanjut, Josua menyadari momen Lebaran dan Idulfitri ini tak membuat masyarakat, khususnya menengah bawah, berbelanja secara masif karena aruh Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang lebih besar dari tahun sebelumnya. 

Terlebih, peningkatan pendapatan pun terbatas dan tidak tumbuh signifikan sementara masyarakat harus memenuhi kebutuhan primernya terlebih dahulu. 

“Sebagian besar konsumen yang mungkin terpengaruh dengan adanya PHK di berbagai industri manufaktur tersebut. Sehingga makanya IPR pun juga merefleksikan hal itu,” lanjut Josua. 

Mengacu data Bank Indonesia (BI), IPR pada Maret tercatat sebesar 248,3 poin. Dari tujuh kelompok barang, Peralatan Informasi dan Komunikasi kontraksi paling dalam sebesar 10,6% (YoY). 

Kemudian diikuti kelompok Suku Cadang dan Aksesori yang kontraksi 6,6% (YoY) dan kelompok Perlengkapan Rumah Tangga Lainnya -1,5%. 

Sementara kelompok lainnya masih mencatatkan pertumbuhan positif dengan angka tertinggi berasal dari Subkelompok Sandang yang tumbuh 7,6% (YoY). 

Ke depan, penjualan eceran diprediksikan bakal terkontraksi secara bulanan dan tahunan yang masing-masing sebesar 6,9% dan 2,2% pada April 2025 atau bertepatan dengan masa libur Idulfitri. 

Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Ramdan Denny Prakoso menyampaikan Indeks Penjualan Riil (IPR) April 2025 diprakirakan mencapai 231,1, lebih rendah dibandingkan Maret 2025 yang sebesar 248,3 poin. 

“Dipengaruhi oleh normalisasi permintaan masyarakat seiring berakhirnya periode Ramadan dan Hari Besar Keagamaan Nasional [HBKN] Idulfitri],” ujarnya dalam keterangan resmi, Rabu (14/5/2025).


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper