Bisnis.com, JAKARTA - Caroline Riady, CEO Hospitals Group berbagi kiat sukses perjalanan RS Siloam hingga saat ini. Menurutnya, RS Siloam bertahan karena memberikan layanan berkualitas dengan harga terjangkau.
Caroline mengenang rumah sakit pertama dari jaringan RS Siloam, terletak di Karawaci, Tangerang, Banten. Pembangunan rumah sakit itu, mengikuti pengembangan township yang baru di kawasan Lippo Karawaci, 30 tahun silam. Kala itu, lanjutnya, Karawaci bukan apa-apa dan masih kosong.
"Lalu kita pindah ke sana, ke township yang baru ini di mana jalan tol saja belum ada . Mulai ada rumah, sekolah, mall dan kemudian rumah sakit. Jadi, sebenarnya itu rumah sakit yang pertama cikal bakalnya seperti itu. Pak Mochtar [Mochtar Riady] terus berpesan bahwa rumah sakit itu untuk melayani masyarakat,” ujarnya dalam perbincangan Coffee Time With May di kanal Youtube Bisniscom, dikutip Jumat (16/5/2025).
Caroline menuturkan bertolak dari pesan Mochtar Riady itu, Siloam kemudian oleh publik dikenal sebagai rumah sakit yang menciptakan layanan dengan kualitas Singapore Airlines dengan harga McDonald's alias tidak hanya berkualitas tetapi juga terjangkau.
Dia mengenang bahwa upaya untuk menjaga kualitas layanan adalah pekerjaan yang berat. Namun, pihaknya terus berkomitmen karena sejak semula, hal itulah yang dipesankan oleh kakeknya, karena suatu ketika, keluarga mereka juga akan menggunakan jasa rumah sakit itu.
Dari Karawaci, perlahan jaringan Siloam mulai melebarkan sayap ke daerah Kebon Jeruk, Jakarta Barat, dengan mengakuisisi sebuah rumah sakit di daerah itu. Mirip seperti Karawaci, zaman itu Kebon Jeruk masih merupakan daerah yang sunyi dan jauh dari berbagai fasilitas pendukung. Dia tidak menyangka, daerah itu akan berkembang seperti saat ini.
Baca Juga
“Lalu berkembanglah ke rumah sakit-rumah sakit yang lain dan ada masa pertumbuhan yang sangat pesat sekali antara 2010 sampai 2020. Kita dari 4 rumah sakit menjadi 40 rumah sakit, di dalam kurun waktu 10 tahun. Jadi cepat sekali pertumbuhannya,” paparnya.
Dengan meningkatnya jumlah rumah sakit, tentu banyak tantangan yang dihadapi seperti kekurangan tenaga dokter, manajemen, dan lain sebagainya. Setelah itu, tuturnya, jaringan ini memasuki suatu fase konsolidasi agar bisa dikelola dengan lebih terstandar, teratur dan termonitor.
Melalui masa konsolidasi ini, pihaknya melakukan berbagai inisiatif digitalisasi, dan merekrut pihak-pihak yang berpengalaman di bidang masing-masing, sehingga Siloam mulai menerapkan tata kelola yang lebih baik.
Saat ini, terangnya, Siloam Hospitals memfokuskan pada 4 hal, seperti fokus pengembangan rumah sakit yang sudah ada dan diperkaya, dengan pengembangan layanan yang lebih canggih.
“Kita investasikan alat-alat yang lebih canggih. Kita terus melakukan pengembangan medis dan digital. Sekarang kita diambang untuk memasuki suatu strategi yang baru,” ucapnya.