Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tsingshan Pangkas Produksi Stainless Steel di Morowali, Ada Apa?

Raksasa baja tahan karat (stainless steel) China, Tsingshan Holding Group dikabarkan menangguhkan sebagian produksinya di Indonesia.
Kawasan Industri Morowali Indonesia di Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah, Minggu, (9/7/2023)./Bloomberg-Dimas Ardian
Kawasan Industri Morowali Indonesia di Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah, Minggu, (9/7/2023)./Bloomberg-Dimas Ardian

Bisnis.com, JAKARTA — Raksasa baja tahan karat (stainless steel) China, Tsingshan Holding Group dikabarkan menangguhkan sebagian produksinya di Indonesia. Hal ini dilakukan sebagai upaya menjaga harga stainless steel di tengah lesunya permintaan.

Dilansir dari Bloomberg, Jumat (30/5/2025), Tsingshan menghentikan beberapa lini produksi baja di Kawasan Industri Morowali, Sulawesi Tengah mulai Mei 2025 ini.

Berdasarkan keterangan orang yang mengetahui masalah tersebut, langkah itu diambil demi menjadi harga baja tahan karat yang mencapai titik terendah dalam 5 tahun terakhir pada April 2025.

Fasilitas produksi yang ditangguhkan telah dimasukkan dalam masa pemeliharaan tanpa batas waktu yang jelas. Selain itu, kurangnya bahan baku juga disebut telah menyebabkan penutupan pabrik penggilingan di Morowali.

Tsingshan yang juga merupakan top produsen nikel, disebut belum memiliki rencana pasti terkait sampai kapan penangguhan produksi baja tahan karat tersebut.

Sementara itu, perusahaan tidak menanggapi permintaan komentar dari Bloomberg.

Menurut Macquarie Group Ltd, Tsingshan Holding Group menyumbang hampir sepertiga dari produksi baja tahan karat dunia tahun lalu.

Operasi pembuatan baja perusahaan di Morowali dibangun untuk memanfaatkan dominasi Indonesia dalam produksi nikel. Dibantu oleh investasi asing, termasuk dari Tsingshan, RI menyumbang lebih dari setengah pasokan logam dasar dunia, termasuk nikel.

Macquarie mencatat China dan Indonesia memproduksi 71% baja tahan karat dunia. Namun, perlambatan ekonomi China telah menekan permintaan, sementara ekspor dari kedua negara terancam oleh kebijakan tarif pemerintahan Presiden AS Donald Trump.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper