Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Konsensus Ekonom Ramal Surplus Perdagangan RI Turun ke US$2,8 Miliar pada April 2025

Badan Pusat Statistik akan mengumumkan kinerja neraca perdagangan Indonesia selama April 2025 pada Senin (2/6/2025).
PT Pelni dan Kemenhub melepas voyage perdana KM Logistik Nusantara 4 menuju Kepulauan Riau, Senin (6/1/2025). Bisnis/Artha Adventy
PT Pelni dan Kemenhub melepas voyage perdana KM Logistik Nusantara 4 menuju Kepulauan Riau, Senin (6/1/2025). Bisnis/Artha Adventy

Bisnis.com, JAKARTA — Meski nilainya menurun, neraca perdagangan Indonesia diproyeksikan masih akan kembali surplus pada April 2025.. Artinya, tren surplus neraca dagang Indonesia masih akan berlanjut hingga 60 bulan secara beruntun.

Adapun, Badan Pusat Statistik akan mengumumkan kinerja neraca perdagangan Indonesia selama April 2025 pada Senin (2/6/2025) esok.

Berdasarkan konsensus proyeksi 22 ekonom yang dihimpun Bloomberg, nilai tengah (median) surplus neraca perdagangan pada April 2025 diproyeksikan sebesar US$2,85 miliar.

Hanya saja, jumlah tersebut lebih rendah dari realisasi neraca dagang bulan sebelumnya atau pada Maret 2025 senilai US$4,33 miliar.

Estimasi tertinggi dikeluarkan oleh ekonom Standard Chartered Bank Aldian Taloputra dengan nominal US$4,69 miliar. Sebaliknya, estimasi terendah diberikan oleh ekonom Sucor Sekuritas Ahmad Mikail Zaini dengan angka US$4 juta.

Adapun Kepala Ekonom PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) Andry Asmoro memproyeksikan surplus dagang mencapai US$2,7 miliar pada April 2025, menurun dari realisasi US$4,33 miliar pada bulan sebelumnya.

Asmo mengungkapkan penurunan surplus dagang tersebut sejalan. Dengan moderasi ekspor akibat penurunan harga komoditas.

"Namun demikian, kami masih memperkirakan bahwa antisipasi pelaku usaha terhadap penundaan tarif resiprokal pada April diperkirakan menjadi faktor utama yang mendorong ekspor tetap tumbuh positif," jelas Asmo dalam keterangannya, dikutip Minggu (1/6/2025).

Dia merincikan, ekspor diperkirakan tumbuh 4,6% secara tahunan (year on year/YoY) dan -11,8% secara bulanan (month on month/MoM).

Menurutnya, penurunan ekspor secara bulanan disebabkan oleh berlanjutnya moderasi harga komoditas terutama batubara, CPO, dan nikel; sementara secara tahunan harga CPO dan baja masih tumbuh positif. 

Sedangkan impor diperkirakan tumbuh 5,5% YoY atau -5,8% MoM. Asmo menjelaskan prediksi tersebut sejalan dengan faktor basis rendah (low base) dari tahun sebelumnya.

"Sementara itu, aktivitas industri yang melemah (PMI manufaktur 46,7) dan normalisasi impor pasca Ramadan dan Idulfitri kami perkirakan menjadi faktor yang mendorong impor turun secara bulanan. Data PMI manufaktur juga menyebutkan adanya penurunan aktivitas pembelian bahan baku," tutupnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper