Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonom UI: Upah Pekerja RI Rendah, Banyak Informal

Kondisi ketenagakerjaan di Indonesia saat ini dinilai dalam kondisi ketidakpastian, baik dalam hal pekerjaan, pendapatan, dan jaminan sosial alias prekariat.
Karyawan beraktivitas di salah satu pabrik di Jawa Barat. Bisnis/Bisnis
Karyawan beraktivitas di salah satu pabrik di Jawa Barat. Bisnis/Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA — Ekonom mengungkap saat ini kondisi ketenagakerjaan Indonesia dibanjiri oleh para pekerja informal dengan upah yang rendah.

Direktur Lembaga Demografi FEB UI I Dewa Gede Karma Wisana mengatakan kondisi ketenagakerjaan saat ini mengalami ketidakpastian, baik dalam hal pekerjaan, pendapatan, dan jaminan sosial alias prekariat.

“Sektor yang padat karya seperti perdagangan, transportasi, akomodasi, properti, tapi masih dominannya informal. Upah rendah bahkan prekariat,” kata Dewa Bisnis Indonesia Forum (BIF) bertajuk "Pengentasan Kemiskinan Melalui Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Sociopreneurship: Pendekatan Inovatif dan Berkelanjutan" di Wisma Bisnis Indonesia, Jakarta, Rabu (4/6/2025). 

Apalagi, Dewa menyebut Indonesia akan menjadi negara ageing pada 2030-an, di mana sekitar 14% penduduk Indonesia berusia di atas 60 tahun. Kondisi ini menimbulkan tantangan mulai dari beban sistem sosial, peningkatan ketergantungan, hingga lansia rentan miskin.

Pasalnya, dia menyebut angka komposisi penduduk Indonesia mayoritas adalah usia produktif. Namun, penduduk yang produktif ini akan menua dalam 15–20 tahun ke depan.

“Karena fakta yang menarik untuk Indonesia adalah secara komposisi penduduk, kita punya penduduk produktif yang masih sangat besar,” ujarnya.

Seiring dengan bonus demografi di Indonesia, Dewa menyebut pemerintah perlu menyiasatinya dengan menyediakan lapangan pekerjaan untuk usia produktif agar memiliki pendapatan, sehingga peluang untuk masuk ke kategori miskin menjadi berkurang.

Di sisi lain, Dewa menyebut penduduk lanjut usia (lansia) juga berpotensi menjadi bom waktu, lantaran mereka akan menua.

“Bayangkan 10 tahun dari sekarang, 20 tahun dari sekarang, ada lagi yang lebih mengkhawatirkan atau yang perlu kita siap-siap sekarang, yaitu penduduk lansia,” imbuhnya.

Dia memperkirakan Indonesia sudah memasuki age society atau masyarakat penduduk yang sudah tua pada 2040 atau 2045. Sebagai contoh, negara yang masuk ke dalam kategori sudah tua adalah Jepang, Korea, dan beberapa negara Eropa.

“Kita [Indonesia] sedang menua. Karena penduduk lansia sekarang sedang meningkat dan sedang bertambah. Siapa penduduk lansianya? Penduduk yang sekarang lagi produktif,” ujarnya.

Untuk itu, menurutnya, syarat agar penduduk Indonesia untuk sejahtera adalah memiliki pekerjaan dan pendapatan sehingga mampu mencukupi kebutuhan hidup.

Dia juga mengkhawatirkan jika penduduk lansia muncul maka mereka dipastikan tidak aktif bekerja lagi seperti usia produktif alias pensiun dan tidak memiliki pendapatan.

Namun, jika para lansia ini tidak memiliki pendapatan, maka ini artinya tidak ada jaminan hari tua (JHT) maupun jaminan pensiun (JP). Sebab, kedua jaminan ini diperoleh saat mereka masih aktif di usia produktif.

Meski demikian, Dewa menilai ada potensi lansia sebagai pelaku ekonomi melalui pendekatan sociopreneurship yang inklusif.

Dia menyarankan agar pemerintah dan dunia usaha perlu melakukan pendekatan baru yang tidak hanya melihat kelompok lansia sebagai sumber manfaat ekonomi, melainkan juga dapat memenuhi tuntutan akan kualitas hidup yang lebih baik.

Untuk itu, kata Dewa, Indonesia perlu mencari model-model bisnis yang berbasis sosial. Di sisi lain, dia melihat program sosial bantuan kelompok miskin yang diberikan pemerintah masih terfragmentasi. 

“Kita nggak bicara salah sasaran, tapi banyak kebijakan ini yang belum mampu menangkap dinamika kelompok renta. Yang tadinya kelihatan dengan miskin, sekarang miskin. Itu kita belum bisa. Nah ini sedang ke arah sana, upaya untuk identifikasi,” pungkasnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rika Anggraeni
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper