Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Alarm Data Ekonomi AS Usai Penerapan Tarif Trump

Rilis data makroekonomi AS tampil kurang memuaskan setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan tarif impor ke sejumlah negara mitranya.
Ilustrasi bendera AS dengan label tarif./Reuters-Dado Ruvic
Ilustrasi bendera AS dengan label tarif./Reuters-Dado Ruvic

Bisnis.com, JAKARTA — Rilis data makroekonomi Amerika Serikat tampil kurang memuaskan setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan tarif impor ke sejumlah negara mitranya.

Indeks saham acuan di Wall Street melemah beriringan dengan depresiasi dolar AS, sementara harga emas sebagai aset safe haven menguat.

Sektor jasa AS mengalami kontraksi pada bulan Mei untuk pertama kalinya dalam hampir setahun, sementara bisnis membayar harga input yang lebih tinggi, sebuah pengingat bahwa ekonomi masih menghadapi risiko perlambatan pertumbuhan dan kenaikan inflasi.

"Dampak tarif kemungkinan akan menaikkan harga yang dibayarkan oleh perusahaan sektor jasa," kata Kepala Ekonom LPL Financial, Jeffrey Roach, dikutip dari Bloomberg pada Jumat (6/6/2025).

Laporan Ketenagakerjaan Nasional ADP menunjukkan bahwa pengusaha swasta AS pada Mei 2025 menambah jumlah pekerja paling sedikit dalam lebih dari dua tahun. Investor menunggu data nonfarm-payrolls pada Jumat (6/6/2025) untuk tanda-tanda lebih lanjut tentang bagaimana ketidakpastian perdagangan memengaruhi pasar tenaga kerja AS.

Washington menggandakan tarif impor baja dan aluminium menjadi 50%, dan Rabu juga merupakan batas waktu Trump bagi mitra dagang untuk mengajukan penawaran terbaik mereka guna menghindari pungutan impor yang memberatkan lainnya agar tidak berlaku pada awal Juli.

Investor fokus pada negosiasi tarif antara Washington dan mitra dagang, dengan Trump dan pemimpin China Xi Jinping diperkirakan akan berbicara pekan ini karena ketegangan meningkat antara dua ekonomi terbesar dunia.

"Jika kita tidak dapat mencapai kesepakatan dengan China, perang tarif akan menjadi isu utama selama beberapa bulan mendatang dan akan berdampak pada ekonomi domestik dan internasional," kata CEO Ladenburg Thalmann Asset Management, Phil Blancato.

Harga emas menguat seiring dengan melemahnya dolar dan data ekonomi AS yang lemah, karena investor bergulat dengan meningkatnya ketidakpastian ekonomi dan politik.

Melansir Reuters pada Kamis (5/6/2025), harga emas di pasar spot naik 0,8% menjadi US$3.378,22 per ons, setelah naik sebanyak 1% pada sesi sebelumnya. Sementara itu, harga emas berjangka AS menguat 0,7% pada US$3.399,20 per ons.

Indeks dolar AS terpantau turun 0,5%, membuat emas lebih murah bagi pembeli yang memegang mata uang lain, sementara patokan imbal hasil obligasi Treasury AS 10-tahun sedikit lebih rendah.

Wong melanjutkan, penutupan kembali di atas US$3.400 akan memicu kenaikan ke titik tertinggi baru sepanjang masa.

Institute for Supply Management mengatakan purchasing managers index (PMI) nonmanufaktur turun menjadi 49,9 bulan lalu, angka terendah sejak Juni 2024, sementara data ADP menunjukkan pengusaha swasta AS menambahkan pekerja paling sedikit dalam lebih dari dua tahun.

"Ada ketidakpastian geopolitik yang cukup besar dengan Rusia-Ukraina, Iran, Suriah, dan China yang mendorong orang untuk membeli emas... dan meskipun pedagang mungkin tidak mengharapkan emas naik secepat itu, masih ada banyak keuntungan," kata Daniel Pavilonis, ahli strategi pasar senior di RJO Futures.

Presiden AS Donald Trump mengatakan mitranya dari China Xi Jinping keras dan sangat sulit diajak berunding, hanya beberapa hari setelah menuduh Beijing melanggar kesepakatan untuk mencabut tarif.

Selain itu, Washington menggandakan tarif impor baja dan aluminium dan mendesak mitra dagang untuk mengajukan penawaran terbaik mereka guna menghindari pungutan impor yang lebih besar.

Perhatian investor akan tertuju pada laporan penggajian AS yang rilis Jumat (6/6/2025) untuk mendapatkan petunjuk tentang langkah Federal Reserve selanjutnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Dwi Nicken Tari
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper