Bisnis.com, JAKARTA – Inflasi Amerika Serikat naik moderat pada Mei 2025, didorong oleh turunnya harga bensin. Namun, laju inflasi diperkirakan akan menguat dalam beberapa bulan mendatang akibat gelombang tarif impor baru yang diterapkan pemerintahan Donald Trump.
Melansir Reuters, Rabu (11/6/2025), Biro Statistik Tenaga Kerja Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan Indeks Harga Konsumen (CPI) naik 0,1% pada Mei secara month to month (MtM), melambat dari 0,2% pada bulan sebelumnya.
Secara tahunan atau year on year (YoY), CPI naik menjadi 2,4% dari 2,3% pada April 2025..
Di sisi lain, inflasi inti, yang tidak memasukkan komponen makanan dan energi melambat jadi 0,1% MtM setelah sebelumnya mencapai 0,2%. Secara tahunan, inflasi inti tetap berada di angka 2,8%.
Bank Sentral AS atau Federal Reserve, yang menargetkan inflasi sebesar 2%, diperkirakan tidak akan menurunkan suku bunga acuan dalam rapat kebijakan pekan depan. The Fed memilih menunggu sambil mengevaluasi dampak tarif terhadap aktivitas ekonomi.
Rangkaian data inflasi yang konsisten di bawah proyeksi ini memperkuat dugaan bahwa beban tarif Presiden Donald Trump belum benar-benar sampai ke konsumen. Hal ini bisa disebabkan oleh jeda sementara pada tarif tertinggi, atau perusahaan yang lebih memilih menyerap biaya tambahan dan memperbesar stok sebelum tarif berlaku penuh.
Baca Juga
Namun, tekanan harga diperkirakan akan meningkat dalam waktu dekat.
Kepala Ekonom Fitch Ratings Brian Coulton mengatakan penumpukan inventaris sebelum lonjakan tarif bisa menunda kenaikan harga, ditambah ketidakpastian arah kebijakan dagang AS membuat perusahaan berhati-hati dalam menyesuaikan harga.
“Namun, kenaikan inflasi barang inti tampaknya hanya tinggal menunggu waktu,” jelasnya, seperti dikutip Bloomberg, Rabu (11/6).
Risikonya, konsumen yang selama bertahun-tahun sudah dihantam inflasi pasca-pandemi, bisa jadi mulai menahan belanja.
Beberapa perusahaan seperti JM Smucker Co.—pemilik merek Folgers dan Twinkies—dan Best Buy Co. sudah mengantisipasi tekanan terhadap margin keuntungan, sementara para analis memperkirakan perlambatan ekonomi.
Dengan minimnya tekanan inflasi, pasar tenaga kerja yang masih solid, serta ketidakpastian arah kebijakan tarif Trump, The Fed diperkirakan akan mempertahankan suku bunga pada pertemuan minggu depan. Namun, jika tren inflasi dan pelemahan pasar kerja berlanjut, tekanan terhadap bank sentral untuk segera memangkas biaya pinjaman bisa semakin besar.
Ekonom senior Wells Fargo Mike Pugliese mengatakan masih terlalu dini bagi The Fed untuk mengambil keputusan besar.
“Saya rasa mereka tidak akan terlalu terburu-buru menyimpulkan hanya dari satu bulan data, apalagi dengan dinamika besar yang terjadi beberapa bulan terakhir,” jelasnya.
Sejumlah kategori yang sangat terpapar bea impor menunjukkan lonjakan harga signifikan. Harga mainan mencatatkan kenaikan tertinggi sejak 2023, sementara harga peralatan rumah tangga melonjak paling tajam dalam lima tahun terakhir.
Adapun harga bensin—yang tidak masuk dalam perhitungan inflasi inti—turun 2,6% pada Mei, ikut menahan laju inflasi secara keseluruhan.