Bisnis.com, JAKARTA — Uni Eropa (UE) membuka pintu kesepakatan dagang dengan Amerika Serikat (AS) yang mencakup penerapan tarif umum sebesar 10% terhadap sebagian besar produk ekspornya.
Namun, UE bersikeras agar sektor-sektor strategis seperti farmasi, minuman keras, semikonduktor, dan pesawat komersial dikecualikan dari kebijakan tersebut.
Mengutip Bloomberg, Senin (1/7/2025), UE juga tengah melobi Washington agar memberikan kuota serta pengecualian atas tarif 25% yang dikenakan terhadap mobil dan suku cadangnya, serta bea masuk setinggi 50% terhadap baja dan aluminium.
Komisi Eropa belum memberikan pernyataan resmi, namun sumber internal mengungkapkan bahwa meski usulan ini dinilai lebih menguntungkan AS, proposal tersebut masih dalam batas kompromi yang bisa diterima oleh pihak Eropa.
UE menghadapi tenggat 9 Juli 2025 untuk mencapai kesepakatan dengan Presiden AS Donald Trump. Gagal mencapai kesepakatan, ekspor dari blok tersebut berisiko dikenakan tarif hingga 50% oleh Washington.
Trump berdalih kebijakan tarif diperlukan untuk menghidupkan kembali sektor manufaktur domestik, menambal defisit akibat pemotongan pajak, serta menghentikan dominasi ekonomi asing atas pasar AS.
Baca Juga
Kabar mengenai posisi terbaru dalam negosiasi sempat mengguncang pasar. Indeks S&P 500 sempat terkoreksi 12 poin sebelum akhirnya kembali menguat. Saat ini, indeks tersebut berada di jalur menuju kuartal terbaiknya sejak akhir 2023.
Meski pembicaraan berlangsung alot, kedua belah pihak yakin kesepakatan awal dapat tercapai sebelum tenggat. Kesepakatan sementara tersebut diproyeksikan mencakup pengaturan tarif, penghapusan hambatan non-tarif, pembelian produk strategis AS oleh Eropa, serta kerja sama ekonomi lanjutan.
Kepala Perdagangan UE Maros Sefcovic dijadwalkan memimpin delegasi ke Washington pekan ini dalam upaya mencapai terobosan. Dua pejabat menyebut bahwa Komisi Eropa juga mendesak agar tarif sektoral yang telah dan akan diberlakukan AS, khususnya untuk mobil dan logam, bisa dibahas sejak awal proses negosiasi.
UE turut mengusulkan agar hambatan non-tarif disederhanakan, serta membuka peluang kerja sama strategis dalam sektor-sektor seperti gas alam cair (LNG) dan kecerdasan buatan (AI), sembari menjajaki respons bersama terhadap tantangan keamanan ekonomi global.
Diperkirakan, saat ini tarif AS telah mencakup ekspor senilai €380 miliar atau setara US$445 miliar — mencakup sekitar 70% dari total ekspor UE ke pasar AS.
Dalam rapat internal bersama negara anggota pada Senin (30/6), Komisi Eropa mengungkap telah menerima rancangan proposal dari AS yang mencakup elemen tarif, hambatan non-tarif, serta kemitraan strategis. Namun, rincian detail tarif dalam proposal tersebut belum dibagikan kepada seluruh anggota.
Empat skenario disiapkan menjelang batas waktu pekan depan: kesepakatan asimetris yang masih dapat diterima; tawaran sepihak dari AS yang terlalu berat sebelah; perpanjangan masa negosiasi; atau skenario terburuk — Trump langsung menaikkan tarif tanpa kompromi. Jika skenario terakhir terjadi, UE dipastikan akan membalas dengan seluruh opsi yang tersedia.
Respons Balasan Disiapkan
Seiring negosiasi berlangsung, UE terus menyiapkan paket respons sebagai penyeimbang. Blok tersebut telah menyetujui paket tarif senilai €21 miliar terhadap berbagai produk AS, termasuk komoditas pertanian dan manufaktur yang berasal dari negara-negara bagian dengan kepentingan politik tinggi — seperti kedelai dari Louisiana, wilayah asal Ketua DPR AS Mike Johnson.
Selain itu, daftar tambahan berisi produk AS senilai €95 miliar juga disiapkan sebagai antisipasi tarif balasan, termasuk pesawat Boeing, mobil rakitan AS, dan minuman bourbon.
Tak hanya itu, UE tengah mengkaji opsi non-tarif, seperti pengendalian ekspor dan pembatasan kontrak pengadaan dengan perusahaan AS. Langkah ini ditujukan untuk menekan sektor-sektor yang secara strategis membuat AS bergantung pada Eropa.
Meski sikap waspada terus dijaga, UE menegaskan komitmennya untuk mencari solusi yang saling menguntungkan. Hasil akhir akan dievaluasi guna menentukan sejauh mana ketimpangan dapat ditoleransi dalam hubungan dagang transatlantik ini.