Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

The Fed Waspadai Tekanan Inflasi Berkepanjangan akibat Dampak Tarif Bertahap

Presiden Federal Reserve Bank of Atlanta Raphael Bostic memperingatkan kenaikan harga akibat tarif kemungkinan terjadi secara bertahap.
Suasana bagian luar Gedung Dewan Federal Reserve Marriner S. Eccles di Washington, D.C., Amerika Serikat. Reuters/Sarah Silbiger
Suasana bagian luar Gedung Dewan Federal Reserve Marriner S. Eccles di Washington, D.C., Amerika Serikat. Reuters/Sarah Silbiger

Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Federal Reserve Bank of Atlanta Raphael Bostic memperingatkan kenaikan harga akibat tarif kemungkinan terjadi secara bertahap, bukan hanya sekali, yang berpotensi mendorong tekanan inflasi lebih lama dari perkiraan.

“Ini berisiko meresap ke dalam psikologi konsumen dan pelaku usaha,” ujar Bostic dalam sebuah acara yang diselenggarakan MNI di London dikutip dari Bloomberg, Selasa (1/7/2025).

Pernyataan Bostic menambah sorotan terhadap perbedaan pandangan yang mulai muncul di internal The Fed terkait dampak tarif terhadap inflasi. 

Proyeksi yang dirilis dalam pertemuan kebijakan bulan ini menunjukkan 10 pejabat The Fed masih mengantisipasi penurunan suku bunga dua kali pada tahun ini dengan asumsi mereka akan "mengabaikan" efek harga dari tarif. 

Namun, tujuh pejabat lainnya memperkirakan tidak ada pemangkasan suku bunga tahun ini, mencerminkan kekhawatiran bahwa tekanan harga akan bertahan lebih lama.

Dua Gubernur The Fed, Christopher Waller dan Michelle Bowman, menyatakan siap mendukung pemangkasan suku bunga sedini Juli apabila inflasi tetap terkendali. Namun, sejumlah pejabat lain menolak ide tersebut, dengan alasan perlu waktu untuk menilai seberapa besar dampak tarif terhadap inflasi.

Bostic menyampaikan, pendekatan konvensional untuk mengabaikan guncangan sisi penawaran mungkin tidak lagi relevan, khususnya dalam konteks perubahan struktur produksi global dan pergeseran dari kawasan berbiaya murah.

“Dinamika yang terjadi sekarang menunjukkan bahwa strategi 'lihat lalu abaikan' mungkin bukan pendekatan yang tepat,” tegasnya.

Dalam proyeksi terbarunya, Bostic memasukkan satu kali penurunan suku bunga pada 2025 dan tiga kali pemangkasan pada 2026. Namun, dia menekankan tingkat ketidakpastian terhadap proyeksi tersebut masih sangat tinggi.

Lebih lanjut, Bostic meyakini inflasi bisa kembali ke target 2% tanpa perlu menaikkan suku bunga lagi. Dia juga mengulang pandangannya bahwa saat ini belum ada cukup data yang mendukung penyesuaian suku bunga.

“Kami cukup beruntung memiliki kemewahan untuk menunggu informasi tambahan karena pasar tenaga kerja AS masih cukup solid,” tuturnya.

Meski begitu, dia juga mengisyaratkan tekanan harga belum usai. Berdasarkan survei internal Fed Atlanta, banyak pelaku usaha yang berencana untuk membebankan biaya tambahan dari tarif kepada konsumen.

“Saya pikir masih akan ada kenaikan harga yang terjadi. Ini bukan soal apakah akan terjadi, melainkan soal kapan,” pungkas Bostic.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper