Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menegaskan bahwa reformasi World Trade Organization (WTO) menjadi kunci penting bagi terciptanya multilateralisme yang adil dan efektif.
Hal ini disampaikan Airlangga usai mendampingi Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto dalam sesi pleno Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) BRICS 2025 yang digelar di Museum of Modern Art (MAM), Rio de Janeiro, Brasil, Minggu (6/7/2025).
Menjawab pertanyaan soal bagaimana posisi Indonesia dan BRICS dalam mendorong reformasi multilateralisme, khususnya di tengah anggapan bahwa BRICS lebih banyak menyuarakan kepentingan Rusia dan China, Airlangga menyoroti pentingnya pembenahan lembaga perdagangan dunia.
“WTO itu menjadi sangat penting, dan sudah disampaikan oleh Direktur Jenderal Ngozi dalam pertemuan di OECD informal Menteri, juga diulangi lagi tadi. Prinsipnya, reformasi WTO sangat penting, apalagi dalam beberapa tahun terakhir WTO tidak punya dispute settlement body. Setiap kali akan dibentuk, itu ter-veto,” ujar Airlangga dikutip melalui Youtube Sekretariat Presiden, Senin (7/7/2025).
Menurut Airlangga, ketiadaan mekanisme penyelesaian sengketa membuat posisi WTO makin lemah, sehingga reformasi mendesak diperlukan untuk menjaga agar sistem perdagangan multilateral tetap berjalan.
“Ini menjadi kepentingan semua negara untuk memperbaiki mekanisme yang ada. Oleh karena itu, menuju Ministerial Meeting ke-14, seluruh duta besar negara anggota WTO diharapkan sudah punya proposal, supaya pertemuan nanti tidak gagal lagi,” jelasnya.
Baca Juga
Airlangga juga mengingatkan bahwa kegagalan WTO untuk berfungsi optimal akan memicu pergeseran global dari multilateralisme menuju pola regionalisme, bilateralism, atau bahkan unilateralism yang berpotensi merugikan negara berkembang.
“Karena kalau WTO tidak berhasil, maka kita tidak bisa bicara mengenai multilateralisme,” pungkas Airlangga.