Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (Aptindo) akan tetap mengimpor gandum Amerika Serikat (AS) sebanyak 1 juta metrik ton dalam lima tahun ke depan atau hingga 2030.
Direktur Eksekutif Aptindo Ratna Sari Loppies mengatakan kerja sama tersebut tetap berlangsung karena telah rutin dilakukan, meskipun semula peningkatan impor gandum menjadi salah satu negosiasi dari RI ke AS untuk menurunkan tarif resiprokal 32%.
“Kita sudah ada MoU dengan US Weath Associates untuk kita menyerap gandum dia 1 juta metrik ton per tahun dari 2026-2030 dengan nilai US$250 juta per tahun,” kata Ratna kepada Bisnis, Kamis (10/7/2025).
Dalam catatan Aptindo, impor biji gandum atau wheat grain dari Amerika Serikat sebanyak 692.882 metrik ton pada 2024. Tahun depan, pihaknya akan membeli gandum AS sebanyak 1 juta metrik ton per tahun hingga lima tahun ke depan.
Dengan demikian, nilai transaksi pembelian biji gandum selama 5 tahun mendatang dari AS dapat mencapai US$1,25 miliar atau setara Rp20,2 triliun (kurs Rp16.216 per USD).
“Anyway kita dari dulu ngambil dari AS, kita agak berkurang dikit karena AS sempat gagal panen belum bisa supply,” jelasnya.
Baca Juga
Pada 2020, impor biji gandum RI dari AS sempat mencapai 1,27 juta metrik ton. Namun, tahun berikutnya menurun ke angka 457.682 metrik ton, dan tren penurunan terus terjadi hingga saat ini.
Terbaru, impor biji gandum yang dilakukan Aptindo dari AS pada periode Januari-April 2025 telah mencapai 167.862 metrik ton atau berkontribusi 4,5% dari total impor gandum tahun ini.
“Kita komit dalam rangka kita mendukung pemerintah untuk negosiasi tarif, iya sudah rutin dari AS. Tapi kita paling banyak dari australia karena kan freight cost-nya lebih murah karena dekat,” ujarnya.
Adapun, impor bijih gandum atau gandum utuh dari Australia mencapai 3 juta metrik ton pada 2024. Sementara, realisasi tahun ini telah mencapai 1,5 juta ton periode Januari-April 2025.