Bisnis.com, JAKARTA — Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau Wall Street ditutup menguat pada perdagangan Rabu (9/7/2025) waktu setempat, setelah risalah pertemuan Federal Reserve memunculkan harapan bahwa tekanan inflasi akibat tarif Presiden AS Donald Trump tidak akan menggagalkan rencana pemangkasan suku bunga tahun ini.
Berdasarkan data Reuters pada Kamis (10/7/2025), indeks S&P 500 naik 36,36 poin atau 0,58% menjadi 6.261,88. Nasdaq Composite menguat 189,34 poin atau 0,93% ke level 20.607,23. Sementara itu, Dow Jones Industrial Average naik 214,23 poin atau 0,48% ke 44.450,53.
Risalah pertemuan The Fed pertengahan Juni 2025 menunjukkan sebagian besar pejabat memperkirakan pemangkasan suku bunga akan layak dilakukan pada paruh kedua tahun ini.
Mereka juga menilai bahwa lonjakan harga akibat tarif impor dari Trump bersifat sementara atau moderat. Namun, hanya sedikit dukungan terhadap pemangkasan suku bunga pada pertemuan akhir Juli.
Chris Brigati, Chief Investment Officer di SWBC, menyebut para pejabat The Fed menyiratkan bahwa mereka memperkirakan inflasi akan meningkat di masa depan. Namun, pada saat yang sama, banyak yang memperkirakan suku bunga akan turun tahun ini.
"Dua hal ini tidak selaras. Mungkin kini mereka mulai lebih mempertimbangkan kondisi pasar tenaga kerja," jelasnya.
Baca Juga
Kevin Gordon, Senior Investment Strategist di Charles Schwab, menambahkan investor cenderung mengalihkan dana ke saham-saham raksasa (megacaps).
“Ini bisa dianggap sebagai bentuk flight to safety, tapi bukan dalam arti perlindungan yang konvensional. Dari sisi perdagangan, situasinya masih belum jelas," jelasnya.
Meskipun indeks sempat melemah pada awal pekan akibat kekhawatiran soal perang dagang, pasar kembali stabil. Analis mencatat bahwa investor tampaknya mulai terbiasa dengan pola Trump yang kerap mengancam tarif sebagai taktik negosiasi.
Dengan tenggat terbaru tarif diperpanjang hingga 1 Agustus 2025, banyak pelaku pasar menilai masih ada ruang untuk meredakan ketegangan.
Trump pada Rabu kembali mengeluarkan surat pemberitahuan tarif kepada tujuh negara. Dia menetapkan tarif sebesar 30% untuk Aljazair, Irak, Libya, dan Sri Lanka; 25% untuk Brunei dan Moldova; serta 20% untuk Filipina. Uni Eropa menyatakan pihaknya berpeluang mencapai kesepakatan perdagangan awal dengan AS dalam beberapa hari ke depan.
Sehari sebelumnya, Trump meningkatkan tekanan dengan mengumumkan tarif 50% untuk produk tembaga serta mengancam akan mengenakan tarif terhadap semikonduktor dan farmasi. Adapun pada Senin, Trump lebih dulu menyasar 14 mitra dagang, termasuk Jepang dan Korea Selatan, dengan surat peringatan tarif baru.
“Pasar tampaknya mulai kebal terhadap kabar buruk soal tarif. Dalam tiga bulan terakhir, pertumbuhan ekonomi masih menunjukkan tren positif dan tidak separah yang dikhawatirkan. Jadi pasar mulai berpikir bahwa mungkin kita bisa melewati badai tarif ini,” kata Brigati.
Setelah mencetak rekor penutupan tertinggi pekan lalu, yang ditopang oleh laporan ketenagakerjaan yang mengejutkan kuat, investor kini mengalihkan perhatian ke data klaim pengangguran awal yang akan dirilis Kamis (10/7/2025) sebagai indikator terbaru kesehatan pasar tenaga kerja AS.