Bisnis.com, JAKARTA — PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) meraih pendapatan sebesar Rp5,02 triliun sepanjang 2024 dengan laba bersih Rp447,31 miliar.
Direktur Utama ASDP Heru Widodo mengatakan laba bersih pada 2024 mengalami penurunan 30% dibandingkan dengan 2023 yang mencapai Rp636,54 miliar. Kendati demikian, laba saat ini mencerminkan ketahanan bisnis ASDP di tengah tekanan eksternal dan dinamika industri.
“Pendapatan ASDP pada 2024 telah melampaui angka pendapatan sebelum pandemi 2019 yang sebesar Rp3,33 triliun. Bahkan naik 2% dibandingkan dengan pendapatan 2023 yang sebesar Rp4,92 triliun,” kata Heru dalam siaran pers, Minggu (13/7/2025).
Dia menjelaskan 2024 bukan tahun yang mudah karena perusahaan menghadapi tekanan nilai tukar rupiah yang melemah, stagnasi tarif penyeberangan, dan dinamika perilaku pengguna jasa yang menuntut kecepatan dan digitalisasi.
Kontribusi pendapatan terbesar, lanjutnya, berasal dari layanan penyeberangan baik komersial maupun perintis. Total produksi penumpang tercatat sebanyak 6,12 juta orang, kendaraan roda dua dan tiga sebanyak 3,88 juta unit, kendaraan roda empat atau lebih sebanyak 4,31 juta unit, serta barang yang diangkut mencapai 1,16 juta ton.
Menurutnya, meski beberapa komponen mengalami penurunan volume, namun efisiensi dan manajemen beban operasi yang ketat mampu menopang profitabilitas perusahaan.
Baca Juga
ASDP juga mencatat efisiensi operasional yang tecermin dari operating ratio sebesar 67%, meningkat dari 2023 yang berada di angka 65%. Demikian pula Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) sebesar 89%, sedikit lebih tinggi dari tahun sebelumnya, namun tetap terkendali berkat pengendalian terhadap beban pokok usaha.
“Langkah efisiensi dan digitalisasi proses bisnis menjadi kunci kami dalam menjaga performa perusahaan di tengah tekanan biaya operasional,” ujarnya.
Fokus pengendalian keuangan menjadi instrumen penting dalam menjaga stabilitas keuangan di tengah tekanan eksternal.
Rasio likuiditas ASDP juga menunjukkan kondisi keuangan yang sehat, di mana perusahaan memiliki kemampuan penuh untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
Hal ini turut didukung dengan capaian EBITDA (Earnings Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization) positif yang mencapai Rp1,14 triliun.