Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

UNCTAD Wanti-wanti Risiko Perlambatan Perdagangan Global pada Semester II/2025

Perdagangan global pada sidang tahun ini dibayangi risiko perlambatan, meski terjadi pertumbuhan positif sepanjang paruh pertama 2025.
Truk kontainer melintas di antara tumpukan peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (3/6/2025). Bisnis/Arief Hermawan P
Truk kontainer melintas di antara tumpukan peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (3/6/2025). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA — Perdagangan global pada sidang tahun ini dibayangi risiko perlambatan, meski terjadi pertumbuhan positif sepanjang paruh pertama 2025 berdasarkan laporan terbaru dari United Nations Conference on Trade and Development alias UNCTAD.

Dalam publikasi bertajuk Global Trade Update periode Juli 2025, UNCTAD mencatat baik perdagangan barang maupun jasa tumbuh konsisten dalam beberapa kuartal terakhir, terutama didorong oleh kinerja kuat negara-negara berkembang.

Secara agregat, perdagangan global diperkirakan tumbuh sekitar US$300 miliar selama semester I/2025, dengan kontribusi terbesar berasal dari sektor barang senilai US$230 miliar dan jasa sebesar US$70 miliar.

Hanya saja pada kuartal I/2025, negara maju mencatatkan laju pertumbuhan perdagangan yang lebih tinggi (impor naik 4% dan ekspor naik 2% secara kuartalan), seiring dengan lonjakan impor Amerika Serikat menjelang penerapan tarif baru dan ekspor yang solid dari Uni Eropa.

Di sisi lain, perdagangan antar negara berkembang atau South-South trade masih menunjukkan kinerja landai (0%), meski ekspor dari Afrika meningkat tajam. Sementara itu, proyeksi atau nowcast untuk kuartal II/2025 menunjukkan tren pertumbuhan akan terus berlanjut.

Ekspor China dinilai tetap tangguh sepanjang April dan Mei, didorong oleh penguatan perdagangan intra-kawasan serta peningkatan ekspor ke Afrika. Ekspor Amerika Serikat juga tercatat naik pada April.

Kendati demikian, impor AS anjlok secara kuartalan, yang mencerminkan dampak tarif baru dan aksi borong pelaku usaha pada awal tahun guna menghindari lonjakan bea masuk.

Tantangan Paruh Kedua 2025

Ke depan, UNCTAD mengingatkan bahwa ketahanan perdagangan global pada paruh kedua 2025 akan sangat bergantung pada kejelasan kebijakan, perkembangan geoekonomi, dan kemampuan adaptasi rantai pasok. Perlambatan ekonomi global di berbagai wilayah turut memperbesar risiko perlambatan perdagangan.

“Ancaman utama saat ini berasal dari potensi kenaikan tarif tambahan oleh Amerika Serikat serta risiko konflik dagang yang lebih luas,” tulis UNCTAD dalam laporannya, dikutip Sabtu (12/7/2025).

Sinyal negatif juga datang dari data terbaru Purchasing Managers Index (PMI) China yang menunjukkan potensi penurunan aktivitas manufaktur dan pelemahan permintaan ekspor-impor.

Kendati demikian, UNCTAD melihat peluang dukungan dari meningkatnya integrasi regional serta rebound sejumlah indikator utama seperti Shanghai Containerized Freight Index dan Baltic Dry Index. Namun, kedua indeks itu masih berada di bawah rata-rata 2024.

UNCTAD mengidentifikasi empat faktor utama yang memicu ketidakpastian perdagangan global pada semester II/2025.

Pertama, ketidakpastian kebijakan perdagangan AS. Sebelumnya, Trump sudah menetapkan tarif dasar sebesar 10% serta bea tambahan untuk baja dan aluminium. Hanya saja, ketidakpastian meningkat seiring potensi jeda, pengecualian, atau penambahan tarif baru untuk negara-negara tertentu maupun sektor-sektor spesifik seperti otomotif.

Kedua, risiko retaliasi. Meski sejauh ini langkah balasan dari negara mitra masih terbatas, potensi retaliasi bisa meningkat seiring meluasnya kebijakan perdagangan unilateral, yang dapat menimbulkan efek limpahan (spillover) ke negara ketiga.

Ketiga, meningkatnya subsidi dan proteksionisme industri. Strategi industrialisasi yang berorientasi ke dalam negeri dan kebijakan subsidi domestik dinilai akan makin masif, terutama di sektor teknologi tinggi dan strategis.

Keempat, disrupsi rantai nilai global. Ketidakpastian kebijakan perdagangan yang menyasar segmen tertentu dari rantai nilai global turut berdampak pada seluruh jaringan produksi internasional sehingga berpotensi menimbulkan pergeseran besar dalam struktur pasok dunia.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper