Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonom Wanti-wanti Jangan Terlena Diskon 'Semu' Tarif Trump 19%

Ekonom Celios mengkritik kesepakatan tarif perdagangan Indonesia-AS yang dinilai hanya mendatangkan keuntungan semu bagi Indonesia
Truk kontainer melintas di antara tumpukan peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (3/6/2025). Bisnis/Arief Hermawan P
Truk kontainer melintas di antara tumpukan peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (3/6/2025). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA — Ekonom Celios Nailul Huda menyayangkan hasil kesepakatan tarif perdagangan Indonesia dengan Amerika Serikat (AS). Meski produk Indonesia yang masuk ke AS mendapatkan penurunan tarif ke angka 19%, produk AS yang masuk ke Indonesia diberikan tarif 0%. 

Padahal, sebelumnya tarif barang AS ke pasar domestik sudah dikenakan tarif rendah 5%—7%. Menurut Nailul, kesepakatan tersebut justru akan melahirkan kesenjangan dagang antara Indonesia dengan AS.

“Pada akhirnya, Indonesia menyerah terhadap pemerintah AS terkait dengan tarif impor yang ditetapkan oleh Trump. Indonesia mendapatkan ‘diskon’ semu dari Trump,” ujar Nailul kepada Bisnis, Senin (21/7/2025). 

Menurut Nailul, jika AS diberikan bebas tarif untuk setiap produk yang masuk ke Indonesia, maka pemerintah berpotensi tidak mendapatkan penghasilan tambahan dari pajak produsen dalam negeri yang tertekan produk impor dari AS.

Tak hanya itu, dia menyayangkan penurunan tarif yang didapatkan Indonesia tidak lebih besar dari Vietnam. Adapun, AS menurunkan tarif barang Vietnam dari 46% menjadi 20%. Sementara, Indonesia dari 32% menjadi 19%. 

“Jadi meskipun tarifnya lebih tinggi Vietnam, namun negosiasi Vietnam lebih efektif,” imbuhnya. 

Nailul menerangkan, untuk industri yang belum siap bersaing di ranah global, tarif 0% barang dari AS akan makin menekan pangsa pasar industri dalam negeri. 

“Mereka tidak akan mampu bersaing di tingkat global, di dalam negeri pun akan tertekan oleh produk impor. Salah satunya adalah industri yang terkait dengan teknologi dan digitalisasi,” tuturnya. 

Dia menerangkan, produk teknologi dan digital dalam negeri pasti akan tertekan dari sisi gempuran produk AS yang memang lebih unggul. Terlebih, barang-barang elektronik akan menjadi barang yang jumlah impornya bisa meningkat. 

“Jika begitu, konsep digitalisasi di Indonesia hanya dimaknai menggunakan barang berteknologi, tanpa menjadi produsen barang teknologi tinggi,” jelasnya. 

Di sisi lain, derasnya arus impor akan berpengaruh terhadap tingkat surplus dagang Indonesia yang akan semakin mengecil. Padahal, surplus dagang Indonesia dengan AS merupakan salah satu surplus dagang terbesar bagi Indonesia. 

“Ekspor kita ke AS yang melambat. Namun, impor kita dari AS akan semakin deras. Salah satu tekanan turunannya adalah cadangan devisa bisa menurun dan akan berpengaruh terhadap nilai tukar rupiah yang melemah,” jelasnya. 

Tak hanya itu, rencana reindustrialisasi Indonesia juga disebut akan tergerus dan menyebabkan pembangunan industri kita akan semakin tertinggal.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro