Bisnis.com, JAKARTA — SKK Migas memastikan Zarubezhneft melanjutkan rencana pengembangan (plan of development/PoD) Blok Tuna. Sebagai gantinya, Harbour Energy Group yang bakal hengkang dari blok migas yang berlokasi di lepas pantai Natuna Utara tersebut.
Adapun, Blok Tuna dioperatori oleh perusahaan asal Inggris, Premier Oil Tuna B.V. (Harbour Energy Group) dengan hak partisipasi 50%. Premier Oil bermitra dengan ZN Asia Ltd, anak usaha BUMN Rusia Zarubezhneft, yang juga memegang hak partisipasi 50%.
"Rusia Zarubezhneft akan kerjakan [Blok] Tuna," ucap Kepala SKK Migas Djoko Siswanto di Jakarta, Senin (21/7/2025).
Terpisah, Deputi Eksplorasi, Pengembangan, dan Manajemen Wilayah Kerja SKK Migas Rikky Rahmat Firdaus menuturkan, Harbour Energy Group tak bisa melanjutkan penggarapan Blok Tuna. Hal ini tak lepas dari pengenaan sanksi dari negara Barat kepada Rusia.
Namun, Indonesia memiliki kepentingan untuk mengejar target on stream dari Blok Tuna pada 2028-2029. Oleh karena itu, pengembangan Blok Tuna oleh Zarubezhneft harus dilanjutkan.
"Jadi hari ini bagi kepentingan Indonesia kita ingin on stream sesuai target. Jadi dalam konteks ini kita menugaskan operator hari ini untuk melanjutkan kegiatan front-end engineering design (FEED) untuk lanjut," katanya.
Rikky menyebut, Harbour Energy Group, selaku operator Blok Tuna bersedia menyerahkan data-data kepada operator berikutnya, dalam hal ini Zarubezhneft.
Namun, kata dia, Zarubezhneft harus tetap mencari mitra untuk dijadikan sebagai operator Blok Tuna, pengganti Harbour Energy Group.
Menurut Rikky, sejumlah investor sudah berminat untuk berkolaborasi dengan Zarubezhneft. Namun, pihaknya belum bisa membocorkan siapa saja investor tersebut.
"Jadi kita tunggu bersama bahwa Zarubezhneft bisa mengkonklusikan siapa saja partner-partner yang mau mengambil share-nya Harbour," ucapnya.
Adapun, Blok Tuna diperkirakan memiliki potensi gas di kisaran 100 hingga 150 million standard cubic feet per day (MMscfd). Investasi pengembangan lapangan hingga tahap operasional ditaksir mencapai US$3,07 miliar atau setara dengan Rp45,4 triliun.
Perkiraan biaya investasi untuk pengembangan Lapangan Tuna terdiri atas investasi (di luar sunk cost) sebesar US$1,05 miliar, investasi terkait biaya operasi sampai dengan economic limit sebesar US$2,02 miliar, dan biaya abandonment and site restoration (ASR) sebesar US$147,59 juta.
Untuk mendorong keekonomian, pemerintah memberikan beberapa insentif dengan asumsi masa produksi sampai 2035 atau 11 tahun mendatang. Pemerintah mengambil bagian gross revenue sebesar US$1,24 miliar atau setara dengan Rp18,4 triliun.
Zarubezhneft Rusia Lanjut Garap Blok Tuna, Harbour Energy Hengkang
Zarubezhneft Rusia akan melanjutkan pengembangan Blok Tuna di Natuna Utara setelah Harbour Energy Group hengkang akibat sanksi Barat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : M Ryan Hidayatullah
Editor : Denis Riantiza Meilanova
Topik
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

4 jam yang lalu
Djarum Group Boosts SSIA’s Appeal to Investors
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru

38 menit yang lalu
Wamenperin Sebut Tarif Trump 19% dan IEU-CEPA Katalis Positif Industri

7 jam yang lalu