Bisnis.com, SEMARANG - Kementerian Perdagangan (Kemendag) terus hadir dalam pengembangan produk industri dalam negeri, khususnya terkait perluasan pasar ekspor.
Upaya tersebut mencakup seluruh sektor industri yang ada di tanah air. Dari industri furnitur, andil Kemendag turut dirasakan salah satu perusahaan, yakni PT Philnesia International alias CVP yang kini berbasis di Semarang, Jawa Tengah.
Erick Luwia selaku Direktur PT Philnesia International mengatakan bahwa rekam jejak perusahaannya dimulai pada 1987 di Cirebon, Jawa Barat dengan bendera awal CV Property. Fokus produk yang dikembangkan adalah furnitur dan kerajinan, terutama untuk segmen restoran dan perhotelan.
Perusahaannya terus berkembang seiring dengan orientasi terhadap ekspor sehingga penambahan kapasitas produksi di berbagai lokasi terus dilakukan. Pada 2017, CV Property bermigrasi menjadi PT Philnesia International dan melakukan rebranding menjadi CVP.
“Di luar proyek hotel dan restoran, kami juga banyak bekerja dengan toko retailer di luar negeri. Mereka banyak mencari dan mengapresiasi barang-barang yang diproduksi di Indonesia,” katanya kepada Tim Bisnis Indonesia Jelajah Ekspor 2025, Selasa (16/7/2025).
Erick menjelaskan bahwa produk PT Philnesia telah menjangkau pasar Amerika Serikat, Australia, Jepang, Korea Selatan, hingga negara-negara Eropa.
Negara-negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, Thailand, dan Vietnam pun tak terlewat dalam jangkauan ekspor perusahaan. Saat ini, kapasitas ekspor PT Philnesia mencapai 120-150 kontainer per bulan dengan nilai yang bervariasi.
Untuk memperluas pasar ekspor, dia menyebut peran Kementerian Perdagangan sangat penting, salah satunya melalui penyelenggaraan program business matching. Menurutnya, kegiatan ini menjadi sarana strategis bagi perseroan untuk memperoleh eksposur di pasar internasional.
“Kesempatan ini membuka banyak peluang untuk bertemu dengan buyer yang sebelumnya sulit dijangkau jika kami bergerak sendiri tanpa dukungan dari Kementerian Perdagangan,” tuturnya.
Dia lantas memaparkan bahwa PT Philnesia telah terlibat dalam berbagai business matching yang diselenggerakan Kementerian Perdagangan melalui Indonesian Trade Promotion Center (ITPC), yaitu Perwakilan Perdagangan RI di luar negeri.
Penyelenggaraan business matching tersebut dinilai membuka peluang untuk merambah pasar baru di berbagai penjuru dunia. Fasilitasi Kemendag dinilai menjadi legitimasi untuk mendapatkan kepercayaan lebih dari calon pembeli.
“Business matching ke negara-negara yang berbeda menjadi berharga karena kami bisa mendapatkan akses ke pasar nontradisional, contohnya Timur Tengah, Amerika Selatan, atau ke pasar Afrika,” terang Erick.
Kontribusi terhadap UMKM dan Masyarakat
Tak hanya melebarkan sayap di luar negeri, Erick turut menjelaskan kontribusi PT Philnesia terhadap pengembangan pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) furnitur dan masyarakat di kawasan operasional Cirebon maupun Semarang.
Dia memaparkan bahwa perseroan banyak menggandeng perajin mebel di dua lokasi tersebut, mengingat kebutuhan yang tinggi akan pengerjaan produk kerajinan bernilai estetis.
“Di Cirebon, kami berfokus untuk produksi barang-barang anyaman, yang mana dibutuhkan banyak skilled workmanship. Banyak pekerja lokal yang bisa mengerjakan hal tersebut,” paparnya.
Sementara itu, kerja sama dengan perajin di Semarang difokuskan pada pengerjaan kayu. Untuk memudahkan pemberdayaan masyarakat setempat, perseroan mengirim bahan yang diperlukan agar para pekerja dapat menjalankan tugas di wilayah masing-masing.
“Kami menjemput bola ke wilayah. Tidak harus perajin yang datang ke pabrik, tetapi mereka bisa bekerja di lingkungan tempat tinggalnya,” jelas Erick.
Dengan demikian, PT Philnesia dapat mendorong pemberdayaan masyarakat secara lebih efektif, sekaligus meningkatkan pertumbuhan berkelanjutan dari segi bisnis.