Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kesepakatan Dagang AS-Jepang Buka Peluang Kenaikan Suku Bunga BOJ

Kesepakatan dagang AS-Jepang mengurangi ketidakpastian ekonomi, membuka peluang BOJ menaikkan suku bunga tahun ini dengan fokus pada data ekonomi dan inflasi.
Kantor pusat Bank of Japan (BOJ) di Tokyo, Jepang pada Jumat (24/1/2024). / Bloomberg-Akio Kon
Kantor pusat Bank of Japan (BOJ) di Tokyo, Jepang pada Jumat (24/1/2024). / Bloomberg-Akio Kon

Bisnis.com, JAKARTA – Pejabat di bank sentral Jepang (Bank of Japan/BOJ) melihat ada kemungkinan untuk mempertimbangkan kembali kenaikan suku bunga tahun ini setelah Jepang dan AS mencapai kesepakatan dagang.

Menurut sumber yang mengetahui jalannya diskusi, para pejabat BOJ melihat kesepakatan tersebut sebagai berkurangnya salah satu sumber utama ketidakpastian bagi perekonomian dan dunia usaha Negeri Sakura.

"Dengan demikian, bank sentral dapat lebih fokus memantau dampak nyata dari tarif melalui data ekonomi yang masuk," kata sumber tersebut, dikutip dari Bloomberg, Jumat (25/7/2025).

Dengan semakin jelasnya situasi perdagangan antara kedua negara, BOJ mungkin dapat mengambil keputusan kebijakan lebih awal atau setelah menelaah data dan informasi dari korporasi.

Adapun, yen telah menguat hingga mencapai 146,82 terhadap dolar AS, sementara kontrak berjangka obligasi pemerintah Jepang turun sesaat setelah laporan ini dipublikasikan.

Sumber tadi menambahkan selama tidak ada perubahan dalam kesepakatan yang menetapkan sebagian besar tarif pada level 15%, para pejabat bank sentral tampaknya akan memiliki cukup data paling lambat pada akhir tahun untuk mempertimbangkan kenaikan suku bunga.

Selain itu, BOJ juga akan memantau tren harga domestik serta perkembangan negosiasi dagang negara lain dalam mempertimbangkan kemungkinan tersebut.

Setiap langkah untuk menaikkan suku bunga tahun ini akan sejalan dengan meningkatnya spekulasi di pasar. Para pedagang di pasar swap memperkirakan kemungkinan kenaikan suku bunga mencapai sekitar 80% pada akhir tahun, naik dari sekitar 60% sebelum pengumuman kesepakatan dagang.

Dalam survei Bloomberg yang dilakukan tepat sebelum kesepakatan dagang tercapai, Januari 2026 tetap menjadi pilihan terbanyak untuk waktu kenaikan suku bunga berikutnya, dengan 36% responden memilih bulan tersebut. Selanjutnya Oktober menjadi pilihan favorit kedua dengan 32% responden.

Pandangan terbaru dari para pejabat bank sentral ini menunjukkan tidak ada urgensi untuk segera menaikkan suku bunga. Setidaknya sebelum pertemuan kebijakan yang berakhir pada 31 Juli 2025 karena BOJ masih menunggu untuk menilai dampak tarif yang mungkin terjadi.

Pernyataan tersebut juga menunjukkan bahwa kesepakatan dagang membuka ruang bagi BOJ untuk kembali mempertimbangkan kenaikan suku bunga, setelah sebelumnya mereka mengisyaratkan jeda sementara dalam siklus kenaikan karena ketidakpastian dari negosiasi dagang.

Kesepakatan antara Jepang dan AS menetapkan tarif mobil dan tarif umum lainnya sebesar 15%, lebih rendah dibandingkan tarif 25% yang sempat diterapkan pada mobil serta ancaman tarif luas dengan angka yang sama.

Pejabat BOJ mencatat bahwa hasil kesepakatan dagang tersebut masih berada dalam kisaran ekspektasi bank sentral, sehingga kemungkinan tidak diperlukan perubahan drastis dalam pandangan ekonomi secara keseluruhan.

Para pejabat juga akan memantau apakah tren harga inti di Jepang mengarah ke target inflasi BOJ sebesar 2%, setelah dalam beberapa waktu terakhir inflasi – terutama dari sektor pangan – mencatatkan kenaikan di atas perkiraan.

BOJ telah berulang kali menyampaikan bahwa mereka akan menaikkan suku bunga jika prospek ekonomi mereka tercapai, mengisyaratkan bahwa kenaikan suku bunga akan tetap dilakukan selama perekonomian dan inflasi berkembang sesuai harapan, meski tanpa kejutan positif yang signifikan.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Dwi Nicken Tari
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro