Bisnis.com, JAKARTA — Pengamat menilai daerah dengan biaya transportasi mahal, khususnya Bekasi, perlu memiliki transportasi serupa Jaklingko di Jakarta untuk menjangkau seluruh kawasan dan menekan biaya transportasi.
Wakil Ketua Pemberdayaan dan Pengembangan Wilayah Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat Djoko Setijowarno melihat hal tersebut dapat menjadi salah satu cara untuk menekan biaya transportasi yang masyarakat keluarkan lebih dari 10% pendapatannya per bulan.
“Layanan angkutan umum harus sampai ke semua kawasan perumahan,” ujarnya, Senin (11/8/2025).
Pasalnya harga yang harus dibayar pada first mile last mile menjadi salah satu penyebab biaya transportasi tersebut menekan kemampuan belanja masyarakat.
Meski pemerintah telah menyediakan sejumlah layanan transportasi publik, misalnya KRL, yang ramah dikantong, namun biaya dari dan menuju KRL maupun biaya ke tempat tujuan akhir lebih mahal.
Bukan tak ingin daerah mengembangkan angkutan umum, Djoko melihat adanya keterbatasan kapasitas fiskal.
Baca Juga
Ditambah lagi, sektor perhubungan tersebut bukan termasuk pelayanan dasar (Undang-Undang No.14/2014 tentang Pemerintah Daerah), sehingga anggaran yang dialokasikan ke Dinas Perhubungan sangat kecil dibandingkan pendidikan dan kesehatan.
Angkutan massal saat ini yang mengitari Jakarta, yakni KRL, MRT, LRT, Transjakarta, dan Jaklingko. Dengan seluruh moda tersebut, biaya transportasi di Jakarta termahal keempat, yakni senilai Rp1.590.544 per bulan (11,82% dari total pendapatan).
Sementara para pekerja yang tinggal di Bekasi dan harus komuter setiap hari ke Jakarta, harus merogoh kocek rata-rata Rp1.918.142 (14,02% dari pendapatan) per bulan. Biaya yang cukup besar.
Apabila seseorang hanya perlu bayar untuk kereta, first mile dan last mile ditopang Jaklingko seharga Rp0, alhasil dirinya hanya perlu menyiapkan minimal Rp132.000 per bulan untuk 22 hari kerja.
Saat ini, tarif angkutan publik seperti KRL dipatok dengan menarik Rp3.000 untuk 25 kilometer pertama, dan tambahan Rp1.000 untuk setiap 10 kilometer berikutnya.
Sementara tarif MRT yang melintas dari Stasiun Lebak Bulus hingga Stasiun Bundaran HI Bank DKI berkisar antara Rp3.000 hingga Rp14.000. Berbeda dengan LRT, di mana tarifnya mulai dari Rp5.000 dengan tambahan Rp700 per kilometernya.
Sebelumnya, Direktur Jenderal Integrasi Transportasi dan Multimoda Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Risal Wasal menilai solusi biaya transportasi mahal tidak melulu menurunkan tarif, melainkan melalui peningkatan pendapatan masyarakat.
Risal menyampaikan bahwa besaran biaya transportasi yang menjadi tantangan ini bukan hanya tugas instansinya saja, tetapi juga tugas bersama untuk membuat biaya tersebut menjadi murah dengan mengerek pendapatan naik lebih tinggi.
“Ada banyak cara bagaimana menganggap biaya itu murah, bukan menurunkan tarif saja, bagaimana meningkatkan pendapatan yang kita pikirkan,” ujarnya dalam diskusi Kompas.id: Masa Depan Mobilitas Kota, Jumat (8/8/2025).
Menurutnya, dengan pendapatan yang lebih tinggi, besaran biaya transportasi saat ini tidak akan menjadi masalah.