Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

YLKI Soroti Food Tray Impor untuk MBG Tak Sesuai Standar, Ini Risikonya

YLKI mengkritik impor food tray untuk program makan bergizi gratis (MBG) yang tidak sesuai standar.
Pekerja menyiapkan menu makanan sebelum didistribusikan ke sekolah, di Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Dapur Kebayunan, Depok, Jawa Barat, Senin (6/1/2025). Badan Gizi Nasional (BGN) mengoperasikan 190 SPPG atau dapur untuk mendukung program Makan Bergizi Gratis (MBG). JIBI/Bisnis/Arief Hermawan P
Pekerja menyiapkan menu makanan sebelum didistribusikan ke sekolah, di Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Dapur Kebayunan, Depok, Jawa Barat, Senin (6/1/2025). Badan Gizi Nasional (BGN) mengoperasikan 190 SPPG atau dapur untuk mendukung program Makan Bergizi Gratis (MBG). JIBI/Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA — Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) mewanti-wanti langkah pemerintah membuka keran impor wadah makanan atau food tray untuk Makan Bergizi Gratis (MBG) justru membawa petaka bagi kesehatan dan keamanan calon penerus anak bangsa.

Ketua YLKI Niti Emiliana menyampaikan bahwa salah satu syarat food tray stainless steel adalah harus sesuai standar 304, yang food grade dan lebih tahan panas sehingga tidak menyebabkan karat. 

Masalahnya, saat ini tidak sedikit produsen maupun importir yang memalsukan standar tersebut. Kondisi tersebut dikhawatirkan justru akan menyebabkan keracunan bagi anak-anak maupun ibu hamil yang menjadi target MBG. 

“Di daerah ada yang dipalsukan dan tidak sesuai standar, itu bagaimana? Jangan sampai tujuan dari program pemerintah untuk meningkatkan kesehatan masyarakat, memperbaiki gizi, menurunkan stunting, malah jadi keracunan,” kata Niti dalam diskusi Asosiasi Produsen Wadah Makanan Indonesia (Apmaki), Rabu (13/8/2025). 

Niti mengatakan keracunan akibat karat maupun logam berat dari stainless steel yang tidak bersertifikat dan berkualitas rendah jarang ditemukan. Namun, apabila kasus tersebut ditemukan di Indonesia, maka satu kasus akan menjadi kejadian luar biasa (KLB). 

Niti melihat kasus yang sejauh ini terjadi ditengarai akibat makanan berkualitas rendah, basi, dan terjadi kontaminasi. 

Seharusnya, lanjut Niti, perlu ada pengawasan lebih tegas bukan hanya pada standar gizi makanan, tapi sarana dan prasarana, termasuk sanitasi dapur dan bahan baku termasuk alat dapur. 

“Misal ada kasus keracunan, konsumen juga gatau apakah makanannya apa karena wadah, kecuali ada perubahan rasa bau. Kalau makanannya baik-baik saja dan tiba-tiba keracunan, itu yang perlu ditelusuri, jadi harus ada penetapan standar dan pengawasan,” tegasnya. 

Pada kesempatan yang sama, Wira, salah satu supplier food tray, mengungkapkan bahwa tidak sedikit penjual yang ‘curang’ dengan mencantumkan logo Standar Nasional Indonesia (SNI) pada produk food traymereka, yang padahal kualitasnya tidak sesuai. 

Wira menyampaikan bahwa pihaknya menemukan barang-barang dari China yang menggunakan stainless steel 201 (rentan karatan), tetapi ditulis dengan angka 304 (lebih food safety dan tahan panas). 

“Industri lokal itu bahannya 304 sedangkan impor itu 201 yang jelas harganya lebih murah. Di e-commerce pun dijual mau pakai logo SNI atau enggak, harganya pun juga beda,” tuturnya. 

Untuk itu, dirinya meminta Badan Standardisasi Nasional (BSN) lebih tegas memantau dan menindak para produsen yang ‘asal’ mencantumkan logo SNI di produknya. 

Sementara itu, Ketua Umum Apmaki Alie Cendrawan menyampaikan bahwa saat ini pun para mitranya juga masih berjuang mendapatkan standardisasi dari Badan Standardisasi Nasional (BSN). Pasalnya dari 25 mitranya, baru empat yang mendapatkan label SNI. 

Sebelumnya, Badan Gizi Nasional (BGN) mengungkap bahan baku yang tak layak hingga cara memasak yang terlalu lama menjadi pemicu terjadinya insiden keracunan pangan dalam Program MBG di beberapa daerah. 

Kepala BGN Dadan Hindayana mengatakan pihaknya segera melakukan pengetatan terhadap prosedur distribusi makanan sebagai langkah korektif dan preventif imbas terjadinya keracunan pangan dalam program MBG. 

Dadan mengakui bahwa insiden keracunan pangan yang dialami penerima manfaat MBG itu salah satunya lantaran bahan baku makanan yang tidak lagi layak disajikan. Pascainsiden itu, Dadan menyatakan kini BGN memilih bahan baku makanan dengan lebih selektif dan segar. 

“Jadi ada bahan baku [MBG] yang memang sudah tidak layak disajikan, kemudian akhirnya kita tingkatkan sekarang itu bahan baku harus selektif dan harus fresh,” kata Dadan dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi IX di Kompleks Senayan, DPR, Jakarta, Rabu (21/5/2025).


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro