Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pengusaha Sambut Badan Industri Mineral: Pacu Pengembangan Logam Tanah Jarang

Pembentukan Badan Industri Mineral oleh Presiden Prabowo dinilai menjadi sinyal positif bagi pengembangan logam tanah jarang di Indonesia.
Sampel mineral tanah jarang dari kiri: Cerium oksida, Bastnaesite, Neodymium oksida dan Lantanum karbonat di fasilitas Mountain Pass Rare Earth milik Molycorp di Mountain Pass, California, 29 Juni 2015. REUTERS/David Becker
Sampel mineral tanah jarang dari kiri: Cerium oksida, Bastnaesite, Neodymium oksida dan Lantanum karbonat di fasilitas Mountain Pass Rare Earth milik Molycorp di Mountain Pass, California, 29 Juni 2015. REUTERS/David Becker

Bisnis.com, JAKARTA — Indonesian Mining Association (IMA) menilai pembentukan Badan Industri Mineral dapat menjadi sinyal positif untuk memperkuat tata kelola sektor hilirisasi mineral nasional. Ini khususnya untuk pemanfaatan logam tanah jarang (LTJ) atau rare earth elements (REE).

Direktur Eksekutif IMA Hendra Sinadia mengaku belum mengetahui secara persis detail dari Badan Industri Mineral yang baru saja dibentuk Presiden Prabowo Subianto. Namun, dia menilai pembentukan lembaga baru itu menjadi angin segar bagi industri pertambangan.

Apalagi, kata dia, pengembangan LTJ di Tanah Air masih jalan di tempat. Hal itu tak lepas dari tantangan pemanfaatan teknologi.

"Jadi pembentukan badan ini ya meskipun informasinya belum-belum jelas, ya kami lihat ini sebagai langkah yang positif sih," ucap Hendra ditemui di Jakarta, Senin (25/8/2025).

LTJ merupakan sekelompok 17 unsur kimia yang memiliki sifat unik dan sangat penting untuk berbagai teknologi modern, termasuk perangkat elektronik, kendaraan listrik, dan teknologi pertahanan.

Dia menuturkan, Presiden Prabowo tampaknya paham betul bahwa saat ini LTJ merupakan mineral yang tengah diburu negara-negara di dunia. Terlebih, LTJ dibutuhkan untuk industri pertahanan.

"Terutama yang defense industry ya. Bahkan, sampai di airspace juga kan itu rare earth dan kita juga punya potensi rare earth," imbuh Hendra.

Lebih lanjut, Hendra berpendapat Badan Industri Mineral bakal fokus pada sisi riset dari LTJ. Apalagi, lembaga baru itu dipimpin oleh Brian Yuliarto yang menjabat sebagai Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendikti Saintek).

Menurut Hendra, pengembangan riset terkait LTJ bisa menjadi fondasi awal Badan Industri Mineral. Oleh karena itu, dia menilai keberadaan lembaga baru itu tak akan tumpang tindih dengan tugas pokok Ditjen Minerba Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

"Jadi, pengembangan risetnya ini mungkin yang menjadi fondasi awal dan bisa tentu saja dalam perjalanannya ini saling [berkoordinasi] lah, perizinan pasti kewenangannya sudah diatur di undang-undang oleh Kementerian ESDM," tutur Hendra.

Di sisi lain, Hendra juga berpandangan pembentukan Badan Industri Mineral mampu mendatangkan pendanaan ataupun kolaborasi dalam pengembangan LTJ. Menurutnya, pengembangan LTJ itu bisa dilakukan secara pendiri oleh Indonesia maupun bekerja sama dengan negara lain.

Hendra mengatakan, potensi kolaborasi juga sudah mulai terlihat. Dia menyebut, banyak negara-negara yang sudah menyatakan minat mengembangkan LTJ di Asean.

"Di Asean kan Malaysia juga punya, beberapa negara lain juga punya, dan masuk ke Indonesia," ucap Hendra.

Adapun, Presiden Prabowo Subianto resmi melantik Brian Yuliarto menjadi Kepala Badan Industri Mineral di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (25/8/2025). Pelantikan tersebut menandai langkah strategis pemerintah dalam memperkuat tata kelola sektor hilirisasi mineral nasional.

Brian resmi mendapat amanat atau jabatan barunya seusai pembacaan Keputusan Presiden (Keppres) Republik Indonesia Nomor 77P tahun 2025 tentang pengangkatan Kepala Badan Industri Mineral. 

Brian mengatakan, Badan Industri Mineral adalah lembaga baru yang dibentuk untuk mengelola material strategis nasional. Badan tersebut akan berperan penting dalam mendukung kedaulatan bangsa, terutama di sektor pertahanan dan ekonomi.

“Pak Presiden meminta kami menjadi Kepala Badan Industri Mineral. Badan ini nantinya mengelola industri material strategis yang terkait untuk industri pertahanan. Material strategis ini cukup penting untuk kedaulatan bangsa, dan juga diharapkan bisa meningkatkan ekonomi kita,” kata Brian kepada wartawan di kompleks Istana Kepresidenan, Senin (25/8/2025).

Lebih lanjut, dia menjelaskan bahwa mineral yang dimaksud mencakup logam tanah jarang hingga mineral radioaktif, yang memiliki nilai tinggi serta peran penting dalam teknologi modern.

Menurutnya, Indonesia memiliki potensi besar yang harus dikelola secara terintegrasi agar memberi manfaat optimal bagi kepentingan nasional.

“Karena ini diharapkan muatan teknologinya cukup banyak, jadi pengembangan di perguruan tinggi terkait mineral logam tanah jarang diharapkan bisa didorong diaplikasikan di industri,” tandas Brian.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro