BISNIS.COM, JAKARTA--Penurunan belanja iklan di sektor komunikasi dinilai disebabkan oleh pergeseran ekspektasi masyarakat pengguna. Saat ini, kualitas jaringan dan penawaran feature menjadi prioritas.
Ketua Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (P3I) Harris Thajeb mengatakan masyarakat sudah mulai kritis. Kebanyakan orang sudah tidak lagi berpatokan pada harga yang murah saat memilih penyedia layanan komunikasi.
“Banyaknya pengguna ponsel pintar di Indonesia membuat masyarakat lebih mementingkan kualitas sinyal dan kecepatan data untuk mengoptimalkan penggunannya. Hal ini direspon penyedia layanan dengan tidak lagi melakukan iklan perang tarif,” ujar Harris kepada Bisnis, Rabu (5/3/2013).
Berdasarkan data Nielsen, meskipun masih menjadi pengiklan terbesar di semua media pada 2012 dengan nilai lebih dari Rp4,9 triliun, tetapi tren belanja iklannya mengalami penurunan hingga 15% dibandingkan dengan 2011.
Dua tahun lalu belanja iklan sektor telekomunikasi di semua media mencapai Rp5,8 triliun. Rata-rata perusahaan telekomunikasi banyak yang mengiklankan di media televisi dibandingkan dengan surat kabar.
Porsi belanja iklan di televisi sebesar Rp3,3 triliun, sedangkan di surat kabar hanya Rp1,4 triliun. Semuanya mengalami kecenderungan menurun pada 2011, masing-masing 10% dan 25,2%.
Ke depan, imbuhnya, masyarakat akan lebih kritis dalam memilih penyedia layanan telekomunikasi. Dampaknya, sektor telekomunikasi tidak akan intensif melakukan belanja iklan.
Perusahaan dituntut untuk lebih mengalokasikan anggarannya pada pengembangan layanan berbasis data dan me-maintance segmen pasar produk mereka. Porsi belanja iklan bisa lebih terdistribusi merata pada majalah, daring, maupun gerai mereka.
IKLAN TELEKOMUNIKASI: Perubahan Ekspektasi Sebabkan Belanja Turun
BISNIS.COM, JAKARTA--Penurunan belanja iklan di sektor komunikasi dinilai disebabkan oleh pergeseran ekspektasi masyarakat pengguna. Saat ini, kualitas jaringan dan penawaran feature menjadi prioritas. Ketua Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Konten Premium
Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.
14 menit yang lalu
Lo Kheng Hong Serok Lagi Saham GJTL Desember 2024
Artikel Terkait
Berita Lainnya
Berita Terbaru
28 menit yang lalu
Efek Keputusan Kebijakan The Fed ke Rupiah dan Yuan Cs
31 menit yang lalu