BISNIS.COM, JAKARTA -- Pendapatan kafe dan restoran di Indonesia diprediksi akan tumbuh hingga 15% pada tahun ini. Kenaikan tarif dasar listrik atau TDL pada pelanggan 1.300 VA ke atas dan LPG menjadi tantangan yang harus dihadapi para pelaku usaha.
Ketua Asosiasi Pengusaha Kafe dan Restoran Indonesia (Apkrindo) Eddy Susanto mengatakan kisaran pendapatan tahun lalu mencapai Rp6 triliun-Rp10 triliun. Kenaikan TDL dan LPG ini memberikan kontribusi sebesar 15% terhadap total biaya produksi.
“Kenaikan dua komponen ini sangat terasa dampaknya bagi pengusaha kelas menengah ke atas. Namun, terkait dengan penaikan upah minimun provinsi tidak semua terkena getahnya. Bagi restoran dengan skala kecil justru memperoleh berkah karena daya beli konsumen mereka bertambah,” kata Eddy kepada Bisnis, Kamis (11/4/2013).
Dia menambahkan kafe dan restoran selalu mempunyai prospek yang bagus yang diindikasikan dengan banyaknya brand yang muncul. Hal ini jangan sampai membuat pelaku usaha menjadi lengah mengingat persaingan semakin ketat. Apalagi, jumlah pengusaha baru lebih banyak dibandingkan pengusaha yang sudah lama.
Akan tetapi, munculnya pengusaha dengan brand baru tidak didukung dengan berkembangnya konsep yang baru. Saat ini Apkrindo memiliki lebih dari 300 brand yang telah terdaftar sebagai anggotanya.
Mayoritas brand menawarkan jenis makanan dan pelayanan yang telah ada. Misalnya untuk restoran skala kecil dengan jenis makanan mie, nasi, atau roti. Padahal, untuk bisa sukses bersaing dibutuhkan konsep berbeda dibandingkan dengan yang sudah ada, sehingga memberi daya tarik tersendiri bagi konsumen.
Eddy memperkirakan restoran berjenis fast food seperti ayam goreng, burger, dan pizza masih mempunyai prospek yang bagus. Terlebih, meningkatnya pendapatan masyarakat akan membuat mereka berkeinginan untuk mencoba selain makanan rumahan.
Foto: Google Image