Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Trump Tunda Rencana Tarif Tambahan untuk China atas Impor Minyak Rusia

Trump menunda tarif tambahan untuk China atas impor minyak Rusia, meski mempertimbangkan langkah tersebut dalam 2-3 minggu ke depan setelah pertemuan dengan Putin.
Presiden AS Donald Trump bersalaman dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Pangkalan Gabungan Elmendorf-Richardson, Anchorage, Alaska, (15/8/2025). REUTERS/Kevin Lamarque
Presiden AS Donald Trump bersalaman dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Pangkalan Gabungan Elmendorf-Richardson, Anchorage, Alaska, (15/8/2025). REUTERS/Kevin Lamarque

Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan belum mempertimbangkan penerapan tarif tambahan terhadap China yang membeli minyak Rusia, meski membuka peluang langkah tersebut ditempuh dalam dua hingga tiga pekan ke depan.

Dalam wawancara dengan Sean Hannity dari Fox News, Trump ditanya apakah dirinya mempertimbangkan tindakan serupa terhadap Beijing setelah pertemuannya dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Alaska gagal menghasilkan kesepakatan untuk menghentikan atau menangguhkan perang di Ukraina.

“Karena apa yang terjadi hari ini, saya rasa saya belum perlu memikirkannya sekarang. Mungkin dalam dua atau tiga pekan ke depan, saya akan mempertimbangkannya, tetapi untuk saat ini belum. Saya pikir pertemuan tadi berjalan sangat baik,” ujar Trump seusai KTT dengan Putin dikutip dari Reuters, Senin (18/8/2025).

Trump sebelumnya mengancam akan menjatuhkan sanksi terhadap Moskow, termasuk sanksi sekunder bagi negara pembeli minyak Rusia, apabila tidak ada langkah nyata untuk mengakhiri perang di Ukraina. China dan India saat ini menjadi dua importir terbesar minyak Rusia.

Pekan lalu, Trump telah memberlakukan tambahan tarif 25% atas barang-barang asal India dengan alasan negara tersebut terus meningkatkan impor minyak dari Rusia. Namun, hingga saat ini Trump belum mengambil langkah serupa terhadap China.

Jika Trump benar-benar memperluas sanksi dan tarif terkait Rusia, ekonomi China yang tengah melambat berpotensi semakin tertekan.

Saat ini, Xi Jinping dan Trump masih mengupayakan kesepakatan dagang yang dapat meredakan ketegangan sekaligus menurunkan bea impor antara dua ekonomi terbesar dunia.

Namun, China tetap berisiko menjadi target utama berikutnya, selain Rusia, jika Trump meningkatkan langkah-langkah hukuman tersebut.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro