Bisnis.com, JAKARTA - Volume pengolahan kakao di Indonesia bisa mencetak rekor, naik 25% pada 2014 guna memenuhi permintaan pabrik kakao dan minuman, tetapi justru memicu impor biji kakao lebih banyak dari negara lain.
"Permintaan pabrik pengolahan akan meningkat menjadi 500.000 ton dari 14 pabrik. Volume itu lebih banyak daripada tahun ini sebanyak 400.000 ton, dan sebanyak 310.000 ton pada 2012," ujar Piter Jasman, Ketua Asosiasi Industri Kakao Indonesia (AIKI), Senin (22/7).
Dia menjelaskan pengolahan kakao di Indonesia naik signifikan setelah keluarnya kebijakan bea keluar biji kakao pada 2010 serta peningkatan permintaan dari negara-negara Asia terhadap cokelat. Kenaikan kapasitas pengolahan kakao itu mendukung pasar komoditas New York dan membantu mengatasi defisit pasokan global.
Penjualan produsen cokelat di Asia Pasifik akan tumbuh dua kali lipat, berdasarkan perkiraaan peneliti dari Euromonitor International Ltd.
"Pada saat kapasitas pengolahan terpenuhi, strategi jangka panjang adalah menuju ke Asia. Di mana pertumbuhan tertinggi cokelat, di situ dicari, dan pada saat bersamaan kami melihat kuatnya permintaan," ujar Francisco Redruello, analis senior soal makanan di Euromonitor.
Euromonitor memperkirakan penjualan di wilayah Asia akan naik 5,2% pada tahun ini ke 859.300 ton, sedangkan pertumbuhan dunia hanya 2,2%.
Adapun data Bloomberg Industries menunjukkan pasar Asia senilai US$13 miiar pada 2012, atau tumbuh 8,2% per tahun sejak 2008.
Sebelumnya, Cargill Inc. akan investasi senilai US$100 juta untuk membangun pabrik berkapasitas 70.000 ton di Gresik, Jawa Timur, yang merupakan pabrik pertama kali di Asia.
Pabrik diharapkan beroperasi pada pertengahan 2014 yang akan mengolah biji kakao menjadi produk liquor, butter and powder.
Barry Callebaut AG, produsen terbesar cokelat dan pemasok Nestle SA, sedang membangun pabrik di Sulawesi Selatan.
"Produk yang diminati konsumen, mutu dan rasa lebih enak akan memberikan kontribusi bagi peningkatan peningkatan," ujar Jean-Louis Guillou, country representative PT Cargill Indonesia, Kamis (18/7).
Peningkatan kapasitas pabrik juga akan memicu peningkatan impor biji kakao.
Menurut Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo), produksi kakao diprediksi hanya 450.000 ton pada 2014, dan impor bisa mencapai 100.000 ton dari 40.000 ton,
"Banyaknya investasi dan ekspansi pabrik pengolahan kakao kapasitas produksi naik 14% menjadi 800.000 ton pada tahun depan," ujar Piter Jasman. (Bloomberg)