Bisnis.com, BANDUNG—Himpunan Kerukunan Tani Indonesia Jawa Barat menilai wilayah Purwakarta layak dijadikan daerah pengembangan sentra distribusi agribisnis karena lokasinya paling strategis.
Ketua HKTI Jabar Entang Sastraatmadja mengemukakan Purwakarta sangat strategis menjadi sentra distribusi pangan, karena aksesnya mudah menjangkau seluruh wilayah di Jabar.
"Akses jalan tol menuju wilayah setra industri sangat dekat antara lain Bekasi, Karawang, Cikampek. Ditambah dengan wacana pembangunan bandara di wilayah tersebut," katanya kepada Bisnis, Kamis (25/7/2013).
Entang menilai pengembangan sentra distribusi pangan tersebut harus ditopang dengan infrastruktur yang baik, agar proses lalu lintasnya bisa lebih efektif.
Pasalnya, salah satu mahalnya biaya produksi adalah dipicu infrastrutur yang tidak baik, sehingga pasokan pangan menjadi tesendat. "Pemerintah juga harus memikirkan sarana dan prasarana pendukung, supaya bisa menopang kelancaran distribusi," tegasnya.
Entang berharap pusat pengembangan distribusi pangan bisa memenuhi ketersediaan pangan masyarakat Jabar.
Sementara itu, PT Pertani (Persero) Wilayah Jabar menilai produksi pangan, khususnya padi, di Jabar sudah menyusut.
Kepala Bagian Pengembangan PT Pertani (Persero) Wilayah Jabar Heri Buwono mengungkapkan saat ini beberapa lahan di Jabar sudah terlihat tidak terlalu produktif menghasilkan padi.
“Seperti di daerah Bojongsoang, Kabupaten Bandung di mana lahan kelas I hanya dapat panen 2-3 kali setahun,” ungkapnya.
Menurutnya, para petani saat ini hanya dapat menghasilkan 5,7-5,9 ton per hektare di mana seharusnya mampu hingga 8-9 ton per ha. Angka tersebut dinilai tidak seimbang terhadap tingkat kebutuhan konsumsi beras yang melonjak.
“Kurang diketahui apa sebabnya, tetapi fenomenanya memang seperti itu,” ujarnya. Akan tetapi, Pertani masih bisa memenuhi permintaan beras kualitas rendah yang meningkat selama Ramadan.
“Untuk beras kualitas menengah-atas, biasanya Pertani memasok ke perusahaan atau supermarket, sedangkan beras kualitas bawah melalui pasar induk atau toko-toko pemasok,” ujarnya.
Pada bulan normal Pertani memasok rerata 400-500 ton per minggu untuk wilayah Jabar untuk semua jenis beras. “Saat ini, peningkatan ada permintaan menjadi 600 ton per minggu, dan permintaan terbanyak datang dari beras segmen bawah.”
Heri menambahkan upaya peningkatan produksi beras itu lebih banyak terhambat faktor cuaca yang akan berpengaruh terhadap mutu beras, di samping teknik pengolahannya.
Untuk itu, Pertani di Jabar menyediakan 22 unit alat pengering dengan kapasitas 30 ton setiap kali pengeringan yang membutuhkan waktu 1-2 hari.
“Sejauh ini Pertani di Jabar mengoperasikan 8 alat pengering untuk menghadapi masalah cuaca tersebut. Pertani yakin permintaan akan terus naik walaupun tidak signifikan,” ujarnya. (Adi Ginanjar/Ria Indrhyani/Wandrik Panca Adiguna)