Bisnis.com, JAKARTA--Terus berlangsungnya aksi pencurian minyak mentah di pipa Tempino-Plaju mengakibatkan PT Pertamina (Persero) mengeluarkan biaya tambahan untuk membawa minyak mentah dari luar Sumatra Selatan guna diolah di Kilang Plaju.
Chrisna Damayanto, Direktur Pengolahan Pertamina mengatakan biaya tambahan tersebut dikeluarkan karena perseroan harus mengganti pasokan dari Tempino dan Bentayan dengan minyak mentah dari luar Sumatra Selatan.
“Biaya tambahan belum kami hitung, yang akan ada biaya itu karena kami harus mencari minyak mentah dari luar Sumatra Selatan untuk memasok ke Kilang Plaju,” katanya di Jakarta, Senin (29/7/2013).
Chrisna mengungkapkan terhentinya pasokan minyak mentah dari Tempino tidak berpengaruh banyak terhadap produksi Kilang Plaju. Alasannya, selama ini kilang itu mendapatkan sebagian besar minyak mentah dari luar Sumatra Selatan yang didatangkan dengan kapal tangker.
Menurutnya, Pertamina akan melakukan pengaturan pasokan minyak mentah antarkilang yang ada saat ini. Hal itu dilakukan agar tidak terjadi penurunan produksi bahan bakar minyak (BBM) secara signifikan.
Sebelumnya, Pertamina EP menyebutkan penghentian pengiriman 12.000 barel minyak mentah ke Kilang Plaju dapat menciptakan krisis BBM sebanyak 1,9 juta liter di Sumatra Selatan. Hal itu masih ditambah dengan potensi kelangkaan avtur untuk pesawat terbang.
Saat ini penjualan BBM subsidi (public service obligation/PSO) di Kertapi mencapai 2.600 kiloliter, penjualan BBM subsidi di Panjang mencapai 3.900 kiloliter, dan penjualan BBM subsidi di Jambi mencapai 2.100 kiloliter, dan penjualan di Palembang mencapai 2.600 kiloliter.
“Ancaman krisis pasokan dari minyak jalur Tempino-Plaju yang dihentikan saat ini bisa mencapai 1.100 kiloliter, berarti hampir 50% dari kebutuhan di kota Palembang dan sekitarnya,” kata manager humas Pertamina EP Agus Amperianto.
Pertamina EP pun telah menghentikan produksi di sumur migas yang ada di Tempino. Padahal, unutk mengoperasionalkan kembali sumur minyak yang sudah dihentikan itu memerlukan biaya dan investasi tambahan yang tidak sedikit.
Agus menyebutkan dibutuhkan setidaknya US$500 ribu unutk mengoperasionalkan kembali sumur yang telah dimatikan. Akan tetapi, investasi itu masih tergantung dengan perlengkapan dan rig yang digunakan.
“Diperlukan 3-6 bulan untuk mengembalikan produksi dari sumur yang telah kita hentikan. Hal ini juga berarti produksi kami akan menurun,” jelasnya.