Bisnis.com, JAKARTA--Pertumbuhan produksi industri makanan dan minuman skala besar dan sedang tahun ini masih tak sesuai ekspetasi. Hingga kuartal III tahun ini, kinerja industri ini masih belum menggembirakan.
Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) Franky Sibarani mengatakan bila melihat kinerja pertumbuhan produksi kuartal I, industri ini mengalami penurunan. Untuk industri makanan turun 12,47% dan industri minuman turun 4,81%. Pada kuartal II memang mulai mengalami pertumbuhan, tetapi masih tak sesuai ekspektasi.
“Kuartal II pertumbuhan produksi makanan hanya naik 4,47% dan minuman naik 0,61%, cukup jauh mensubstitusi penurunan yang terjadi pada kuartal I,” kata Franky ketika dihubungi Bisnis, Selasa (13/8/2013).
Menurutnya, hingga kuartal III, pertumbuhan produksi makanan dan minuman masih belum seperti yang diharapkan. Hal ini terlihat dari pertumbuhan produksi selama puasa dan Lebaran yang belum mencapai target. Selama puasa dan Lebaran, pertumbuhan industri ini ditargetkan bisa mencapai 20%-30%, tetapi hanya tercapai 10%-15%.
“Hal ini bisa memprediksi pertumbuhan di kuartal III nanti. Pertumbuhan masih belum menggembirakan, paling hanya 10% dari target 20%-30%,” tambah Franky yang juga menjabat sebagai Ketua Apindo ini.
Beberapa kendala yang membuat pertumbuhan produksi kuartal III masih belum pulih, antara lain, bersamaannya awal kuartal III dengan masuknya anak sekolah dan adanya kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Hal ini membuat fokus masyarakat lebih pada kedua kebutuhan pokok tersebut dibandingkan dengan industri pengolahan makanan.
“Terakhir karena daya beli masyarakat yang memang menurun sejak awal tahun. Bisa dilihat dari penggunaan BBM subsidi yang ternyata menurun, ini menandakan daya beli masyarakat memang menurun.”
Selain itu, turunnya harga komoditas seperti crude palm oil (CPO) dan batu bara juga turut memengaruhi pertumbuhan industri makanan dan minuman tahun ini. “Yang pasti tahun ini memang lebih buruk dari tahun lalu,” lanjutnya.
Bahkan, lanjut Franky, pihaknya pesimis pertumbuhan industri makanan dan minuman skala besar dan sedang bisa sesuai dengan target yang direncanakan, yakni tumbuh 8%. Menurutnya, bisa mencapai pertumbuhan 7% sepanjang tahun ini saja sudah cukup bagus.