Bisnis.com, JAKARTA—Kementerian Pekerjaan Umum (PU) menegaskan tidak akan memberikan penyesuaian bagi kontrak konstruksi terkait dengan pelemahan nilai tukar rupiah.
Wakil Menteri PU Hermanto Dardak mengatakan kondisi melemahnya rupiah terhadap dollar Amerika tidak berdampak pada biaya material utama konstruksi, seperti beton yang merupakan agregat dari pasir dan semen sebaba dipasok dari daerah lokal.
Namun, dia menyebutkan material utama konstruksi lainnya seperti aspal dan besi baja yang masih diimpor akan mempengaruhi biaya konstruksi.
“Pengaruh melemahnya rupiah ada, dalam arti ada komponen material dari luar. Nah besi baja ini yang masih banyak impor juga, terutama yang high strength steel. Itu salah satu komponen yang bebannya bertambah. Juga aspal yang sebagian masih impor, tentunya jadi beban tambah” katanya di Jakarta, Jumat (23/8/2013).
Kendati begitu, Hermanto mengungkapkan tidak akan ada penyesuaian pada kontrak konstruksi yang sedang berjalan. Dia berharap para penyelenggara proyek konstruksi dapat melakukan optimasi dan efisiensi dalam menghadapi peningkatan biaya tersebut.
Sementara itu, Kepala Badan Pembinaan (BP) Konstruksi Hediyanto W. Husaini mengungkapkan penyesuaian kontrak bagi proyek konstruksi yang sedang berjalan tidak diberlakukan sebab umumnya pelaksana telah menyediakan barang material sebelumnya.
“Seringkali itu [material konstruksi] kan sudah dibeli barangnya. Jadi sudah men-stok material,” jelasnya.
Dia menjelaskan bagi proyek konstruksi multy years eskalasi kenaikan harga sudah diatur dalam kontrak.
“Kalau yang single years saya rasa tidak,” tuturnya.