Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia memprediksi laju inflasi bulanan selama Agustus akan menembus 1,3% sehingga kenaikan harga tahunan akan bertengger pada 8,9%, setelah beberapa harga komoditas utama belum mengalami penurunan.
Agus Martowardojo, Gubernur Bank Indonesia (BI), mengatakan laju inflasi bulan ini diprediksi tembus di atas 1%, berdasarkan pemantauan harga sementara.
“Kami minta pemerintah pusat dan pemerintah daerah untuk hati-hati jaga pasokan pangan,” ujarnya, Jumat (23/8/2013).
Menurutnya, beberapa komiditas pangan dan hortikultura masih mencatatkan harga yang tinggi, seperti daging sapi, ayam dan bawang. “Pemerintah nanti akan merespon. Kami harapkan angkanya akan ada di kisaran 1% atau di bawah 1%.”
Hendar Harahap, Deputi Gubernur BI, mengatakan berdasarkan survei pemantauan harga pada pekan kedua, inflasi pada Agustus diperkirakan mencapai 1,3%, sehingga secara tahunan mencapai 8,9%. “Angka inflasi masih tinggi, namun September akan kembali pada kondisi normal.”
Sebelumnya, bank sentral optimistis inflasi pada Agustus akan berada di bawah 1% setelah sebulan lalu mencapai puncak 3,29% akibat penaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi.
Agus menambahkan bank sentral optimistis depresiasi nilai tukar Rupiah tidak akan berpengaruh signifikan pada inflasi melalui imported inflation. “Pengaruhnya tidak terlalu besar karena memang karena angka impor Indonesia sudah koreksi,” ujarnya.
Nilai tukar Rupiah pada Jumat (23/8/) sore menyentuh Rp11.058/US$ anjlok 183 poin atau 1,68% dibandingkan dengan sehari lalu. Bila dibandingkan dengan awal tahun (year to date) Rupiah sudah melemah sekitar 11%.
Kepala Ekonom Bank Mandiri Destry Damayanti mengatakan pelanjutan depresiasi Rupiah akan membahayakan pengendalian inflasi. “Menurut perhitungan kami setiap 10% depresiasi Rupiah maka akan menyumbang imported inflation sebesar 0,7-0,8%,” ujarnya. (Novita Sari Simamora)