Bisnis.com, JAKARTA - Transaksi neraca perdagangan jasa Indonesia kembali mengalami defisit pada kuartal II/2013 mencapai US$3 miliar, seiring dengan peningkatan nilai impor jasa sebesar US$8,7 miliar, sementara ekspor jasa stagnan di angka US$5,6 miliar.
Defisit itu meningkat dibandingkan dengan kuartal I/2013 sekitar US$2,48 miliar. Berdasarkan data dari Bank Indonesia, defisit neraca terbesar terjadi pada sektor transportasi yang berkontribusi hingga US$2,38 miliar atau sekitar 77%.
Direktur Neraca Pengeluaran Badan Pusat Statistik, Sri Sulistyawati, mengatakan defisit transportasi itu terjadi karena ketika Indonesia melakukan ekspor ke negara lain, pengangkutan lebih banyak menggunakan kapal kapal asing sehingga terjadi impor jasa. Apalagi ketika membawa produk luar negeri ke Indonesia.
"Secara overall sektor jasa kita masih defisit, terutama dari sektor transportasi karena banyak transportasi luar yang digunakan untuk mengangkut barang-barang dari Indonesia," katanya Senin (7/10/2013).
Namun dari sektor pariwisata, neraca perdagangan masih surplus US$196 juta mengingat besarnya dana yang dikeluarkan wisatawan mancanegara yang berlibur ke Indonesia dibandingkan dengan dana para turis lokal yang ke luar negeri.
"Potensi jasa di Indonesia masih sangat tinggi, sayangnya neraca perdagangan jasa masih terus defisit".
Dia berharap dengan adanya data yang lebih komprehensif dengan standarisasi internasional, pembuat kebijakan akan lebih mengetahui kondisi rill ketika akan melakukan impor jasa ke Indonesia.
"Dengan adanya data yang lengkap di sektor jasa, pemerintah akan mengetahui posisi dan potensi yang ada di Indonesia untuk memperkuat negosiasi dengan negara lain."