Bisnis.com, JAKARTA—Kamar Dagang dan Industri Indonesia memperkirakan proyeksi pertumbuhan ekonomi di kisaran 5,6%-5,8% sulit tercapai jika tidak diiringi dengan peningkatan daya saing industri dalam negeri.
Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Hariyadi Sukamdani mengatakan proyeksi pemerintah di kisaran 5,6%-5,8% sulit tercapai mengingat kondisi makro ekonomi yang belum pulih. Apalagi, lanjutnya, daya saing industri dalam negeri semakin terpuruk.
“Bagaimana Indonesia mau meningkatkan pertumbuhan ekonomi jika daya saing kita terus turun karena kenaikan upah yang tidak terkendali, infrastruktur yang belum memadai, hingga harga barang dalam negeri yang lebih mahal daripada barang impor,” ujarnya, saat dihubungi, Jumat (08/11).
Dia menilai pemerintah tidak peka terhadap krisis yang terjadi pada saat ini. Menurutnya, ketidakpekaan krisis (sense of crisis) itu terlihat dari strategi anggaran pemerintah, dimana alokasi subsidi energi dinilai masih terlalu besar.
Berdasarkan APBN-Perubahan 2013, alokasi belanja subsidi energi mencapai Rp299,8 triliun, dengan rincian subsidi BBM sebesar Rp199,99 triliun, dan subsidi listrik Rp100 triliun. Adapun, alokasi belanja subsidi energi APBN 2014, turun 6,23% menjadi Rp282,1 triliun.
Menurutnya, pemerintah harus mengeluarkan strategi anggaran yang pro terhadap pengusaha guna meningkatkan daya saing industri yang semakin tertinggal dibandingkan dengan negara tetangga lainnya.
“Jika tidak, pasar kita akan dibanjiri produk-produk impor. Imbasnya, para pengusaha terutama dari industri padat karya akan melakukan PHK guna mempertahankan usahanya itu. Kalau sudah begitu, makin sulit untuk kita untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi,” tegasnya.