Bisnis.com, JAKARTA—Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank/ADB) menggelontorkan pinjaman senilai US$25 juta untuk mendanai jaringan listrik Indonesia, yang disalurkan melalui Asean Infrastructure Fund Ltd. (AIF).
Pinjaman tersebut sekaligus menjadi bantuan pertama yang dialirkan bank regional yang berbasis di Manila, Filipina, itu melalui AIF. Dana tersebut juga menjadi sumber baru bagi pembangunan proyek infrastruktur prioritas di Asia Tenggara.
“Perwujudan operasi pinjaman AIF adalah langkah krusial untuk memobilisasi sumber daya regional bagi pembangunan infrastruktur di kawasan. Kami bangga menyampaikan proyek pertama AIF ada di Indonesia,” kata Bambang Brodjonegoro, Wakil Menteri Keuangan dan Kepala Dewan Direktur AIF, Selasa (3/12/2013).
ADB mencatat kebutuhan infrastruktur di negara Asean akan mencapai US$60 miliar hingga 2020. Keterbatasan keuangan publik dinilai tidak akan mampu memenuhi tingginya permintaan.
Meski Asia Tenggara memiliki jumlah tabungan swasta dan jumlah cadangan devisa yang cukup memadai, ADB mengatakan sebagian besar cadangan-cadangan tersebut justru diinvestasikan di luar Asia.
“Pinjaman AIF membuka era baru dalam investasi yang digawangi Asean. Ini akan mendorong negara Asean untuk mengarahkan dan menaikkan sumber daya bagi kebutuhan pembangunan masing-masing,” imbuh Ramesh Subramaniam, Deputi Dirjen Departemen Asia Tenggara ADB.
Menurutnya, pinjaman ke Indonesia itu hanyalah proyek pertama dari banyak proyek AIF yang lain. AIF telah berencana memperluas bantuan untuk proyek jalur pipa pada 2014.
AIF diharapkan mendanai lebih dari US$300 juta per tahun untuk berbagai proyek pembangunan, mulai dari jalan, rel, listrik, air, dan infrastruktur penting lainnya.
Proyek-proyek yang didanai AIF diseleksi berdasarkan keamanan ekonomi dan tingkat keuntungan finansial, serta seberapa jauh proyek itu dapat mengurangi angka kemiskinan.
Pinjaman AIF juga akan membantu mendanai ekspansi jaringan transmisi dari Jawa ke Bali, dan mengatasi kendala sistem yang telah menyebabkan pemadaman listrik dan blackuout di kepulauan yang menggantungkan diri pada sektor pariwisata.
Proyek senilai US$410 juta tersebut juga akan didanai oleh bantuan dari ADB dan investasi dari Pemerintah Indonesia.
Kesepakatan pemegang saham untuk pendirian AIF telah ditandatangani pada September 2011 di antara negara anggota Asean dan ADB. Kesepakatan itu menggarisbawahi kontribusi dan partisipasi ekuitas dari setiap anggota.
AIF dibentuk di Malaysia pada April 2012, dan mulai aktif beroperasi tahun ini. Termasuk pemilik saham AIF adalah Brunei Darussalam, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, Vietnam, dan ADB. (Inda Marlina)