Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menilai pemerintah perlu kembali menaikkan harga BBM bersubsidi guna memperbaiki defisit transaksi berjalan, terutama dari ekspor impor migas.
Ketua Apindo Sofjan Wanandi mengatakan masalah utama yang membebani neraca Indonesia yakni dari migas. Oleh karena itu, lanjutnya, pemerintah lebih baik memprioritaskan perbaikan masalah migas, baik dari sisi penawaran maupun permintaan.
“Tapi menurut saya yang paling baik adalah berani nggak pemerintah menaikkan minyak itu lagi, atau mengurangi subsidi terhadap BBM. Saya kira masalah migas ini bisa lebih cepat selesai daripada membuat paket kebijakan yang bermacam-macam,” ujarnya, Selasa (03/12/2013).
Dia menilai paket kebijakan yang dikeluarkan pemerintah justru lebih merugikan para pengusaha, terutama terkait dengan pengetatan moneter. Menurutnya, kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia membuat nilai tukar rupiah menjadi gonjang-ganjing.
Akibatnya, dia memprediksi nilai tukar rupiah pada 2015 mendatang akan di level Rp11.500—Rp12.500 per US$. Adapun, Komite Ekonomi Nasional memproyeksikan nilai tukar rupiah Rp10.500—Rp11.500 per US$ pada 2014 mendatang.
“Hingga saat ini, saya belum melihat terobosan dari pemerintah untuk kebijakan yang akan datang. Padahal, pengusaha akan menghadapi sejumlah tantangan dalam kondisi tidak pasti baik dari sisi ekonomi, dan politik di Indonesia,” katanya.