Bisnis.com, JAKARTA--Kewajiban membangun smelter untuk pemurnian dan pengolahan bagi perusahaan tambang mineral di tanah air akan meningkatkan harga jual produk ratusan kali lipat, bahkan hingga 600 kali lipat.
Dari 12 sektor prioritas yang standarnya harus diharmonisasikan di Asean, Indonesia baru memenuhi setidaknya 4 bidang, yaitu peralatan listirk dan elektronik, produk kesehatan termasuk farmasi, kosmetik dan peralatan medis, produk berbasis karet, dan produk berbasis kayu.
Meski demikian, BSN menolak anggapan bahwa standardisasi Indonesia tertinggal, khususnya untuk produk elektronik (electronic and electrical equipments/EEE). Hal itu disampaikan oleh Kepala Subbidang Pusat Kerjasama Bilateral dan Regional BSN M. Nukman Wijaya.
“Justru standar kita ini di atas negara Asean lain. Produk [elektronik] kita HIT [PT Hartono Istana Teknologi] dari Kudus sudah diterima di Thailand. Mereka membeli screen yang diuji lab di sini dan sudah disertifikasi di sini. EEE kita sudah 25 yang terstandar dan akan bertambah lagi,” paparnya kepada Bisnis.
Jumlah produk EEE yang wajib berstandar di Asean adalah 349. Indonesia sendiri memiliki 6 laboratorium dan 3 lembaga survei produk. “Rung lingkup lab-lab inilah yang meng-cover 349 produk itu, khususnya yang [tingkat] tradeable-nya tinggi dan kita punya pabriknya.”
Dalam rangka pasar tunggal Asean, langkah yang akan ditempuh BSN tidak hanya memproteksi pasar domestik dari serbuan produk yang tidak berstandard, tapi juga akan mendongkrak penetrasi produk berstandar ke luar negeri.
“Kita ini mampu, produsen kita banyak, tenaga kerja juga relatif murah. Jadi, [ke depannya] kami akan penetrasi ke luar, khususnya untuk produk-produk yang tradeable. SNI kita otomatis sudah harus sudah masuk ke forum Asean. Jadi, nanti kalau mau ekspor, jangan berdasarkan standar di negara tujuan, tapi berdasarkan SNI yang sudah diakui,” jelas Nukman.