Bisnis.com, JAKARTA—Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) memperkirakan pertumbuhan ekonomi tahun ini hanya akan tumbuh di level 5,5%-5,8%, lebih rendah dari proyeksi Kemenkeu dan lebih tinggi dari proyeksi Bank Dunia.
“Yang pasti di bawah 6%. Kalau 5,8% itu tergantung dinamika ekonomi dan ekstra effort dari pemerintah kedepannya. Kalau saya hitung, pertumbuhan ekonomi akan di level 5,5%-5,8%,” ujar Bambang Prijambodo, Staf Ahli Menteri Bidang Ekonomi Bappenas, Senin (24/03).
Menurutnya, rendahnya proyeksi pertumbuhan ekonomi tersebut dikarenakan melambatnya beberapa komponen pertumbuhan, misalnya konsumsi rumah tangga, ekspor barang/jasa dan investasi langsung yang terbatas.
Dia memperkirakan pertumbuhan konsumsi masyakarat riil turun menjadi 5,2%, dari 5,3%, konsumsi pemerintah naik menjadi 5,1%, dari 4,9%, penanaman modal tetap bruto naik menjadi 4,8% dari 4,7%. Adapun, ekspor turun menjadi 4,6%, dan impor naik menjadi 3,4%.
Bambang menjelaskan ekspor Indonesia pada tahun ini tidak akan sebaik tahun lalu. Selain disebabkan pelarangan ekspor barang mineral mentah, lanjutnya, negara tujuan ekspor terbesar Indonesia, yakni China. Dia memperkirakan China bakal menahan laju impor pada 2014.
“Perkiraan ini dikarenakan rencana pemerintah China yang menurunkan proyeksi pertumbuhannya dari 7,5% menjadi 7%. Alhasil, rencana tersebut akan berdampak terhadap kinerja ekspor kita,” jelasnya.
Dengan adanya kemungkinan ekspor yang melambat, Bambang memperkirakan pemerintah bersama Bank Indonesia bakal mengendalikan kinerja impor dalam negeri, dengan kebijakan fiskal maupun moneter guna menekan defisit transaksi berjalan.
Kendati demikian, dia tetap optimistis pertumbuhan ekonomi bisa di atas 5,5% pada tahun ini, lebih besar dari prediksi Bank Dunia sebesar 5,3% dan prediksi Fitch Rating sebesar 5,3%. Kendati demikian, prediksi tersebut lebih pesimistis dari prediksi Kemenkeu sebesar 5,8%.