Bisnis.com, JAKARTA - Perempuan renta itu duduk menerawang sambil sesekali berbicara sendiri di sudut kamarnya. Entah apa yang diomongkannya, tapi menyiratkan ketakutan.
Perempuan berusia senja itu bernama Tumiyem, janda pejuang veteran bernama Atmo Rukiman. Perempuan itu adalah nenek dari Nanik Sri Rahayu, seorang ibu rumah tangga yang tinggal di Kota Surakarta.
"Tidak tahu kenapa, akhir-akhir ini nenek sering memilih berada di dalam kamar saja," tutur Nanik.
Padahal, sebelum-sebelumnya, nenek Tumiyem sering berjalan-jalan di belakang rumah, kadang pergi ke warung tetangga rumah untuk sekedar membeli sayur. Bahkan, di usianya yang senja itu, Tumiyem terkadang masih sanggup naik turun tangga rumah yang ditempatinya bersama sang cucu tersebut.
"Apa gara-gara beberapa waktu lalu, simbah pernah jatuh pas mau pergi ke kamar mandi. Dia tiba-tiba terjatuh sebelum sampai kamar mandi dan kepalanya terantuk pintu hingga menyebabkan benjol dan berdarah," tutur Nanik.
Semenjak kejadian itu, Nanik juga menjadi was-was kalau simbah mau ke kamar mandi, atau kemana pun di area rumah ini sendirian tanpa pengawasan. “Apa gara-gara jatuh dan terantuk itu jadi trauma alias takut,” ujar Nanik.
Menurut Nanik, rumah yang ditinggali sang nenek dan dirinya itu sebenarnya tidak terlalu besar, jadi tidak akan membuat nenek kecapekan kalau sekedar berjalan-jalan di dalam rumah.
Namun, Nanik merasa desain rumahnya masih kurang ramah terhadap sang nenek. Dia bingung ingin mengubah beberapa material dan furnitur di rumahnya, namun bingung apa yang bisa dilakukannya terlebih dahulu.
Konsultan Desain Urbanmonkees, Setyo Wibowo mengatakan yang perlu diperhatikan dalam menyiapkan hunian yang ramah lansia adalah penyesuaian terhadap kemampuan mereka beradaptasi terhadap ruang.
“Mereka membutuhkan kenyamanan dalam skala ruang yang tidak butuh effort besar untuk aktifitasnya, jadi yang perlu diperhatikan adalah, jarak tempuh, tangga dalam ruang atau tangga leveling, jangkauan untuk perpindan aktifitas,” tuturnya, kepada Bisnis.com.
Bowo mengatakan mereka yang menginjak usia senja sangat rentan, jadi step tangga mesti rendah, kira-kira 16cm dan tidak panjang, bila harus panjang, ada bordes tangganya.
Selain itu, setiap sudut yang ada di rumah ditumpulkan atau dibuatkan pelindung, koridor rumah yang panjang dibuatkan railing, ruangan di desain lebih terbuka untuk memudahkan orientasi ruang mereka dan pengawasan.
“Untuk toilet dipilihkan material yang tidak licin untuk lantai, pegangan pada washtafel, pegangan pada closset, dan kursi pada shower,” tuturnya. Sementara, untuk kamar dirancang tidak terlalu besar dan segala kebutuhan mereka mudah dijangkau. Sebisa mungkin juga mangurangi kaca cermin.
Untuk material, lanjutnya dicari material yang memiliki tingkat kelenturan cukup baik, seperti kayu, plastik, busa, dan lainnya. “Kalo menggunakan material lentur, apabila suatu saat ada peristiwa terjatuh, maka kepalanya juga bisa cukup terlindungi, tidak sampai berdara,’ tuturnya.
Sedangkan untuk pemilihan warna tembok, tidak perlu menggunakan warna yang terlalu kuat dan memantul. karena kalau terlalu kuat menyebabkan mudah lelah dalam pandangan.
Pintu rumah di desain dapat dibuka dua arah, ke luar dan ke dalam. Jika terjadi sesuatu, yang membantu akan lebih mudah mengakses, untuk pintu ini gunakan model pivot.
“Kalau misalkan mereka jatuh di belakang pintu, tapi pintunya swing, jadi yang nolong nggak bisa buka pintu, karena korban kejepit di balik pintu. Akan tetapi kalau pintu dengan sistem dua arah, maka akan mudah untuk bisa di buka dan ditolong,” tuturnya.
Lalu, apabila dihubungankan dengan furnitur, maka pemilihannya adalah butuh furniture yang tidak terlalu rendah atau terlalu tinggi. Kalau kasur misalnya, dipannya jangan rendah banget, karena berdirinya susah, begitu juga sebaliknya.