Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pemerintah Tak Akan Setop Impor Moyang Unggas

Otoritas sektoral yang menangani pembibitan unggas menyatakan tidak akan menyetop impor grand parent stock (GPS) atau moyang unggas.
pembatasan impor GPS justru akan menjadikan bisnis perunggasan Indonesia berada dalam bahaya. /bisnis.com
pembatasan impor GPS justru akan menjadikan bisnis perunggasan Indonesia berada dalam bahaya. /bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA - Otoritas sektoral yang menangani pembibitan unggas menyatakan tidak akan menyetop impor grand parent stock (GPS) atau moyang unggas.

Selama ini Indonesia menjadi pelanggan setia GPS dari lima negara, yaitu AS, Prancis, Inggris, Jerman dan Belanda sebesar lebih dari 630.000 ekor pada 2013 dengan tren peningkatan mencapai 10-15% per tahun.

"Ada beberapa pihak yang ingin kami membatasi impor GPS. Kalau kita membatasi impor itu, tidak menyelesaikan masalah," kata Direktur Perbibitan Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementan Abu Bakar, Jumat (13/6/2014).

Dia mengungkapkan pembatasan impor GPS justru akan menjadikan bisnis perunggasan Indonesia berada dalam bahaya karena berpotensi besar mendatangkan ayam impor lebih besar.

Lagipula, papar Abu Bakar, dampak impor GPS baru akan terasa 1,5-2 tahun setelahnya, karena harus mengalami dua kali siklus hidup sebelum menjadi bibit (day old chick/DOC) atau produk ayam.  "Saya khawatir ini dampaknya pada masa depan. Sebab, kalau sudah daging ayam yang masuk [impor], habis peternak kita," ujar Abu Bakar.

Dia menjabarkan setiap ekor GPS bisa menghasilkan antara 30-35 induk ayam (parent stock/PS), dan pada akhirnya menghasilkan 130-135 ayam (final stock/FS).

Dia juga menilai lebih baik mengalami kelebihan suplai GPS dibandingkan kekurangan. "Dengan jumlah itu, bisa menghasilkan 2,5-2,9 miliar FS. Asumsi itu di luar penyakit, cuaca, dsb.," paparnya.

Mengenai harga DOC, Abu Bakar menuturkan, pihaknya telah berdiskusi dengan Gabungan Perusahaan Pembibitan Unggas (GPPU) dan mendapat hasul bahwa harga DOC saat ini masih normal, bahkan tergolong bagus.

Saat ini, harga DOC masih berada di kisaran Rp4.000 per ekor, namun dia mengakui harga pokok produksi (HPP) DOC juga sangat dipengaruhi oleh besar-kecilnya suatu perusahaan. "Harganya naik-turun di sekitar itu lah, tergantung perusahaannya. Kalau besar dan efisien serta kecil kan beda," ungkapnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Arys Aditya
Editor : Fatkhul Maskur

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper