Bisnis.com, JAKARTA -- Kalangan pelaku usaha pertanian diharapkan lebih terlibat dalam pengembangan pertanian organik mengingat pasar produk ini tumbuh hingga US$5 miliar/tahun.
International Federation of Organic Agriculture Movement (IFOAM) mencatat, nilai ekspor produk pertanian organik dari Asean mencapai US$65 miliar pada 2012 dan diestimasi menembus US$70 miliar pada tahun lalu.
"Demand negara maju terhadap produk organik pesat, tapi suplai sangat kurang," ujar Kepala Badan Litbang Kementerian Pertanian, Rabu (18/6/2014).
Haryono menambahkan, pesatnya pertumbuhan pertanian organik juga dipengaruhi oleh keinginan negara kaya dan maju untuk terus meningkatkan indeks pembangunan manusia (HDI).
Demi menangkap peluang itu, dia menuturkan bahwa ada baiknya petani dan pelaku agribisnis perlahan beralih ke produk organik yang banyak mengandalkan teknologi dan inovasi.
Meskipun demikian, dia menjabarkan bahwa perkembangan pertanian organik di Indonesia sendiri belum cukup menggembirakan, baik dari luas areal tanam dan kultur pelaku.
Pasalnya, Haryono menjabarkan, pertanian organik harus berbasis kekuatan inovasi dari hulu sampai hilir, pengolahan lahan dan air, budidaya, panen sampai pascapanen.
"Petani sangat tidak disiplin di lapangan. Banyak bahan kimia yang dilarang masih tetap digunakan," ujar Haryono.
Di luar itu, dia mengatakan bahwa mau tidak mau masa depan pertanian Indonesia dan dunia akan bertumpu pada bioscience dan bioengineering serta responsif terhadap perubahan iklim.
Kesemua hal itu, katanya, sudah ada dan dipraktekkan dalam pertanian organik.