Bisnis.com, JAKARTA--Pemerintah memperkirakan volume importasi hortikultura pada tahun ini lebih dari 600.000 ton, naik 50% dibandingkan tahun lalu yang hanya 400.000 ton.
"Realisasi ternyata koreksi sampai 20 Juni sudah masuk 288.000 ton, jadi sekitar 35% dari target indikatif sebesar 800.000 ton," kata Dirjen Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Bachrul Chairi dalam Seminar Nasional Scalling Up Industri Benih Nasional, (23/6/2014).
Dia pesimis importir bisa merealisasikan seluruh permintaan indikatif tersebut. Meskipun demikian, paparnya, pada awal tahun asosiasi importir bahkan meminta izin impor sekitar 1,2 juta ton.
Sampai akhir semester I/2014, Bachrul menyebutkan bahwa hanya ada 23 dari 151 importir yang bisa merealisasikan 80% dari izin yang diminta. Sesuai ketentuan, katanya, importir yang tidak memenuhi threshold tidak akan diberi izin impor lagi.
Dia mengatakan, pihaknya memperkirakan pada semester II/2014 realisasi impor akan sedikit di atas 300.000 ton atau peningkatan sebesar 5-10% dibanding pada semester sebelumnya. "Kita melihat Ramadhan dan Lebaran, lalu akhir tahun. Jadi ada 5% untuk mengakomodasi kebutuhan tersebut," ungkapnya.
Pada tahun lalu, Bachrul mencatat bahwa realisasi impor produk hortikultura hanya sebanyak 400.000 ton, yang disebabkan karena importasi masih dibatasi.
Dia menjelaskan, pada tahun-tahun mendatang ketika importir sudah terseleksi dengan sendirinya, suplai barang impor dan permintaan dalam negeri akan mencapai titik keseimbangan.
"Tentu saja importir juga harus bertanggung jawab. Kan ada petani dan sentra-sentra produksi hortikultura di sini. Prinsipnya, impor itu untuk menutup kekurangan produksi dalam negeri," kata Bachrul.