Bisnis.com, JAKARTA--Pakar pertanian hortikultura menyatakan ada sejumlah yang harus dituntaskan oleh pemangku kepentingan agar industri perbenihan nasional bisa menghadapi MEA 2015.
Kepala Pusat Kajian Hortikultura Tropika (PKHT) IPB Darda Effendi mengatakan, ketersediaan dan distribusi sumber daya genetik (SDG/plasma nutfah) dan ego sektoral adalah masalah kunci dalam pengembangan benih hortikultura.
"Kemudian, ketersediaan lahan subur di dataran tinggi sudah sangat terbatas, maka harus diarahkan ke dataran rendah," ujarnya, Senin (23/6/2014).
Dia menuturkan, akibat sejumlah kendala itu, perusahaan PMA seperti Monsanto, DuPont dan Bayer sudah berkonsolidasi dan merapatkan barisan. Konsolidasi ini, tuturnya, dapat mengarah kepada oligopoli dan membuat persaingan usaha perbenihan semakin ketat bagi pengusaha nasional.
Dia mencatat, saat ini telah ada 124 perusahaan berbasis modal dalam negeri (PMDN) yang berhadapan dengan 10 perusahaan raksasa berbasis modal asing (PMA), dengan konsumen mencapai 10 juta rumah tangga petani hortikultura.
Selain masalah tersebut, Darda menyebutkan ada satu hambatan utama bagi pengusaha nasional untuk berinvestasi atau melebarkan usaha, yaitu sedikitnya pemulia tanaman. "Di sisi lain, lahan optimal sudah terbatas, maka perlu dipindah ke sub-optimal," ungkap Darda.
Untuk itu, dia menjelaskan bahwa Papua sangat memungkinkan menjadi pusat produksi benih sayuran. Hal ini, ujarnya, karena memasarkan benih tidak seperti produk hortikultura yang susah diawetkan.
Investasi Perbenihan Hadapi Sejumlah Kendala
Pakar pertanian hortikultura menyatakan ada sejumlah yang harus dituntaskan oleh pemangku kepentingan agar industri perbenihan nasional bisa menghadapi MEA 2015.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
Penulis : Arys Aditya
Editor : Ismail Fahmi
Topik
Konten Premium