Bisnis.com, JAKARTA - Tingginya suku bunga fasilitas kredit pemilikan rumah (KPR) yang sudah berjalan selama satu tahun terakhir, membuat pemanfaatan KPR oleh konsumen menurun hingga 50%.
Direktur Paramount Enterprise, Aryo Tri Ananto mengatakan pemanfaatan KPR semakin lama memperlihatkan penurunan. Dari sebelumnya sekitar 50% lebih dari pembelian unit rumah menggunakan fasilitas KPR, turun menjadi 20%.
"Yang menggunakan KPR makin lama semakin kecil. Mungkin komposisi saat ini tinggal 20%-25% dari total pembelian. Sebaliknya, yang menggunakan cash bertahap naik dua kali lipat," katanya kepada Bisnis.com, Senin (30/6/2014).
Dia mengemukakan dulu yang menggunakan metode pembayaran tunai bertahap sekitar 25%, saat ini tumbuh menjadi 55%. Perusahaan memberikan alternatif pembayaran tunai bertahap hingga 48 kali.Suku bunga KPR yang berlaku berdasarkan informasi dari Suku Bunga Dasar Kredit, menunjukkan kisaran di atas 10% hingga di atas 12%.
Kondisi ini berbeda dari tahun lalu, dengan mayoritas suku bunga KPR berada di bawah 10%. Pengaruh penurunan pemanfaatan KPR, selain disebabkan suku bunga yang tinggi juga dampak dari kebijakan loan to value (LTV) yang diberlakukan Bank Indonesia akhir tahun lalu.
Walaupun begitu, Aryo meyakini pengembang kelas besar tidak akan terlalu terpengaruh oleh kebijakan tersebut.
"Memang cashflow mengalami sedikit perubahan, tapi bisa kita alihkan kepada cash bertahap. Yang sulit itu dari developer kelas tanggung, atau yang banyak tergantung dari pinjaman bank. Kelompok ini sulit memproduksi, " tuturnya.